Spanyol Bungkam Georgia 4-0: Oyarzabal Cetak Brace, La Roja Selangkah Lagi ke Piala Dunia 2026

Tim nasional Spanyol kembali menegaskan status mereka sebagai salah satu kekuatan terbesar di kualifikasi FIFA World Cup 2026 setelah menghancurkan Georgia dengan skor telak 4-0 di Tbilisi. Kemenangan tersebut tidak hanya memperpanjang rekor tak terkalahkan La Roja menjadi 30 pertandingan kompetitif, tetapi juga semakin memantapkan langkah mereka menuju putaran final Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Mikel Oyarzabal merayakan gol bersama tim Spanyol melawan Georgia
Mikel Oyarzabal menjadi bintang kemenangan Spanyol dengan dua gol dan performa memimpin lini serang.

Pertandingan ini menyajikan dominasi mutlak dari Spanyol sejak menit-menit awal. Dua gol dari Mikel Oyarzabal, ditambah penyelesaian Martin Zubimendi dan Ferran Torres, menciptakan performa komplit yang menunjukkan kedalaman, intensitas, serta efektivitas mereka di bawah pelatih Luis de la Fuente.

Start Cepat Spanyol: Penalti Awal yang Mengubah Ritme Pertandingan

Baru 10 menit laga berjalan, Spanyol langsung memperoleh hadiah penalti setelah Giorgi Gocholeishvili melakukan handball di dalam kotak penalti. Tepat pada penampilannya yang ke-50 bersama timnas, Mikel Oyarzabal tampil sebagai algojo dan sukses mengecoh Giorgi Mamardashvili.

Gol cepat tersebut bukan hanya membuka skor, melainkan juga menegaskan pola permainan yang kemudian mendominasi sepanjang pertandingan: Spanyol menguasai bola, Georgia bertahan dan berharap pada momen transisi cepat yang sebagian besar bergantung pada aksi individu Khvicha Kvaratskhelia.

Georgia Hanya Mengandalkan Kvaratskhelia

Meski bermain di depan publik sendiri, Georgia terlihat kesulitan menemukan ritme permainan. Ketergantungan mereka terhadap bintang Napoli, Khvicha Kvaratskhelia, menjadi begitu jelas. Setiap kali Georgia berusaha keluar dari tekanan, bola diarahkan kepada sang talisman.

Namun solidnya struktur pertahanan dan transisi bertahan Spanyol membuat bintang Serie A tersebut tak pernah benar-benar mendapatkan ruang untuk berkreasi. Upaya-upaya dari Zuriko Davitashvili dan Anzor Mekvabishvili pun tidak mampu memberikan ancaman berarti bagi Unai Simón.

Zubimendi Gandakan Keunggulan, La Roja Menggila

Tekanan Spanyol akhirnya berbuah gol kedua melalui Martin Zubimendi, yang memanfaatkan bola liar di dalam kotak penalti. Gelandang Real Sociedad itu menunjukkan insting penyelesaian akhir yang jarang menjadi sorotan dari seorang gelandang pivot.

Gol tersebut menjadi simbol betapa efektifnya Spanyol: bukan hanya menguasai bola, tetapi selalu memanfaatkan peluang-peluang kecil yang muncul.

Kombinasi Oyarzabal–Torres: Serangan Spanyol Semakin Hidup

Serangan Spanyol semakin hidup ketika Alex Baena mengirim umpan terobosan kepada Oyarzabal yang kemudian melepaskan crossing matang ke arah Ferran Torres. Sang winger Barcelona menyelesaikan peluang itu dengan tap-in mudah dari jarak dekat, mempertegas dominasi total Spanyol.

Pada titik itu, pertandingan seperti latihan menyerang bagi La Roja. Mereka bergerak dinamis, umpan pendek cepat mengalir, dan koordinasi antarlini tampak begitu solid—sebuah ciri khas sepak bola Spanyol yang kembali ditingkatkan oleh De la Fuente.

👉 Dapatkan Update Prediksi Bola Terbaru Hanya di Holywin69

Georgia Bangkit di Awal Babak Kedua, Tapi Tidak Cukup

Babak kedua dibuka dengan ancaman dari Georgia. Iuri Tabatadze, pemain debutan, hampir memperkecil ketertinggalan lewat sundulan keras yang memaksa Unai Simón melakukan penyelamatan penting.

Momen tersebut sempat memberikan harapan kepada ratusan pendukung Georgia di stadion, namun efektivitas tetap berada di tangan Spanyol.

Gol Kedua Oyarzabal: Sentuhan Klinis Pemain Berpengalaman

Ketika Georgia mulai berani keluar menyerang, Spanyol justru menghukum mereka. Mikel Oyarzabal mencetak gol keduanya melalui sundulan looping ke tiang jauh yang memantul masuk setelah mengenai mistar.

Itu adalah gol khas seorang penyerang berpengalaman: cerdas dalam penempatan posisi, tenang dalam eksekusi, dan efisien dalam memanfaatkan peluang yang tampak kecil.

Rekor Tak Terkalahkan dan Dominasi Spanyol dalam Angka

Kemenangan ini memperpanjang rekor tak terkalahkan Spanyol menjadi:

  • 30 laga kompetitif beruntun — rekor sepanjang sejarah mereka
  • 5 kemenangan beruntun di kualifikasi
  • Clean sheet ke-3 dalam 5 pertandingan terakhir
  • Memasukkan 14 gol dalam 5 pertandingan

Spanyol kini hanya membutuhkan tidak kalah melawan Turki di laga pamungkas untuk memastikan tiket otomatis ke Piala Dunia 2026.

Analisis: Kematangan Taktis Spanyol di Era De la Fuente

Luis de la Fuente telah mengubah identitas timnas Spanyol. Jika era Luis Enrique lebih menekankan penguasaan bola ekstrem, era De la Fuente menghadirkan keseimbangan:

  • Possession ada, tapi tidak obsesif.
  • Umpan pendek tetap dominan, tetapi intensitas pressing jauh lebih efisien.
  • Spanyol kini lebih direct dan klinis di sepertiga akhir.

Para pemain seperti Zubimendi, Baena, dan Yéremy Pino memberi warna baru pada tim yang sebelumnya terlalu bergantung pada gelandang-gelandang teknis tanpa penetrasi cepat.

Georgia: Potensi Besar, Tapi Masih Tertinggal Jauh

Georgia menunjukkan kemajuan besar dalam tiga tahun terakhir, tetapi laga ini menegaskan jarak kualitas yang masih terlalu lebar. Faktor utama:

  • Terlalu bergantung pada Kvaratskhelia
  • Kualitas lini tengah yang tidak mampu menahan aliran bola Spanyol
  • Terjebak dalam pressing tinggi La Roja
  • Minimnya kemampuan build-up dari area belakang

Georgia bukan tim kecil, tetapi mereka masih butuh 2–3 tahun lagi untuk mencapai level kompetitif yang stabil di Eropa.

Kesimpulan A1: Spanyol Sudah Siap untuk Piala Dunia 2026

Kemenangan 4-0 ini menunjukkan bahwa Spanyol telah mencapai interseksi ideal antara stabilitas, kedalaman skuat, dan efektivitas permainan. Dengan Oyarzabal kembali ke performa terbaiknya, Ferran Torres yang konsisten, serta generasi baru yang matang lebih cepat, La Roja tampak seperti salah satu tim yang akan menjadi favorit kuat di Piala Dunia 2026.

Georgia tidak bermain buruk, namun dominasi Spanyol terlalu besar untuk dilawan. Dan kini, dengan tiket Piala Dunia yang hampir pasti di tangan, De la Fuente sedang membangun sesuatu yang berpotensi besar.

Analisis Taktikal: Dominasi Struktural Spanyol dan Kebangkitan Oyarzabal di Lini Serang

Kemenangan 4-0 Spanyol atas Georgia bukan hanya soal skor, tetapi juga tentang bagaimana Luis de la Fuente menata struktur permainan yang matang. Dalam beberapa tahun terakhir, La Roja kesulitan mempertahankan identitas mereka. Di era Luis Enrique, penguasaan bola ekstrem cenderung berjalan steril tanpa penetrasi vertikal. Namun kini, Spanyol tampil lebih seimbang dan mematikan.

Analisis taktik Spanyol saat mengalahkan Georgia
Struktur permainan Spanyol semakin matang, dengan transisi dan pressing yang jauh lebih efisien.

Dalam pertandingan ini, Spanyol memadukan kombinasi umpan cepat, pergerakan antar-lini yang rapi, serta penggunaan ruang di area half-space untuk merusak compact block Georgia. Performa Mikel Oyarzabal menjadi penegas transformasi pendekatan ofensif Spanyol.

Kebangkitan Oyarzabal: Pemain yang Sudah Ditunggu Spanyol

Cedera ACL tahun 2022 sempat membuat karier Oyarzabal diragukan. Banyak analis menilai ia tidak akan kembali ke level tertinggi. Namun performanya di Tbilisi membuktikan sebaliknya.

Perannya bukan sekadar pencetak dua gol, melainkan:

  • Pembuka ruang bagi Ferran Torres dan Baena
  • Pemicu pressing pertama
  • Pencipta overload di sisi kiri
  • Pemain yang mengikat bek sentral Georgia dan memaksa mereka keluar posisi

Oyarzabal menunjukkan kecerdasan taktis yang semakin matang. Ia tidak lagi hanya menjadi penyerang yang bergerak diagonal, tetapi kini membentuk kombinasi segitiga dengan Zubimendi dan Grimaldo untuk menciptakan keunggulan numerik di lini tengah.

Bagaimana Spanyol Mengunci Kvaratskhelia?

Salah satu fokus defensif Spanyol adalah mematikan Khvicha Kvaratskhelia, pemain paling kreatif Georgia. Langkah-langkah yang diterapkan De la Fuente sangat efektif:

  • Ruang kiri Georgia ditutup dengan sistem double cover
  • Baena menutup jalur umpan dari full-back
  • Nacho dan Le Normand melakukan press dengan trigger tertentu
  • Zubimendi memberi tekanan kedua ketika Kvara memutar badan

Akibatnya, Kvaratskhelia tidak pernah benar-benar mendapatkan situasi 1v1 bersih — sesuatu yang biasanya menjadi ancaman terbesarnya. Strategi ini secara langsung menghentikan transisi Georgia, yang biasanya menjadi kekuatan mereka.

👉 Dapatkan Update Prediksi Bola Terbaru Hanya di Holywin69

Martin Zubimendi: Pilar Baru La Roja di Lini Tengah

Selama bertahun-tahun, Spanyol terus mencari penerus Sergio Busquets. Banyak nama dicoba — Rodri, Marcos Llorente, Fabian Ruiz — tetapi baru Zubimendi yang benar-benar memberi keseimbangan struktural.

Dalam pertandingan melawan Georgia, Zubimendi memimpin:

  • 91% akurasi umpan
  • 7 recoveries
  • 4 tekel sukses
  • 2 intersep penting
  • 1 gol

Ia bukan pemain yang flamboyan, namun perannya vital: mengatur ritme, membaca arah serangan lawan, dan menjadi jembatan antara build-up serta serangan akhir. Golnya semakin menunjukkan kecerdasan posisi yang Spanyol butuhkan di area kotak penalti.

Ferran Torres: Konsistensi yang Kembali

Banyak kritik diarahkan kepada Ferran Torres dalam dua musim terakhir, terutama karena performa inkonsisten di Barcelona. Namun saat mengenakan seragam La Roja, ia kembali berubah menjadi mesin gol.

Dalam lima pertandingan kualifikasi terakhir:

  • 4 gol
  • 2 assist
  • Kontribusi langsung terhadap 6 dari 14 gol Spanyol

Golnya melawan Georgia menunjukkan naluri predator yang mulai kembali. Dengan Oyarzabal sebagai partner, Torres menjadi lebih bebas mencari ruang di dalam kotak penalti.

Analisis Taktikal Lanjutan: Mengapa Spanyol Kini Lebih Berbahaya?

Ada tiga alasan utama mengapa Spanyol tampil jauh lebih hidup:

1. Verticality Lebih Tinggi

Spanyol kini tidak hanya mengandalkan kombinasi umpan pendek. Mereka berani:

  • Umpan progresif cepat dari Zubimendi
  • Crossing cut-back yang akurat
  • Pergerakan diagonal Ferran–Oyarzabal

2. Transisi Bertahan Lebih Efisien

Ketika kehilangan bola, Spanyol langsung melakukan counter-press 6 pemain. Ini membuat Georgia tidak pernah bisa membangun serangan panjang.

3. Finishing Jauh Lebih Baik

Di era sebelumnya, Spanyol menciptakan banyak peluang tetapi tumpul di depan gawang. Kini:

  • Expected Goals (xG): 2.83
  • Gol tercipta: 4
  • Efisiensi finishing: 141%

Efisiensi seperti ini adalah ciri tim yang siap bersaing di level tertinggi.

Dampak Kemenangan Ini untuk Piala Dunia 2026

Dengan kemenangan ini, Spanyol berada di ambang lolos otomatis. Hanya kekalahan luar biasa dari Turki yang bisa menggagalkan langkah mereka.

Namun tidak hanya tiket yang penting — performa mereka menunjukkan bahwa Spanyol mulai kembali ke orbit favorit juara. Tiga aspek berikut menjadi sinyal kuat:

  • Generasi baru matang pada waktu yang tepat — Baena, Zubimendi, Pino, Grimaldo
  • Kualitas finishing meningkat
  • Pola permainan jauh lebih fleksibel

Georgia: Potensi Ada, Tapi Struktur Masih Lemah

Georgia telah menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir, tetapi kekalahan ini menegaskan masalah utama:

  • Struktur bertahan terlalu mudah pecah
  • Minim build-up dari belakang
  • Terlalu mengandalkan Kvaratskhelia
  • Kehilangan Sesko (cedera) membuat serangan tumpul

Untuk menjadi kompetitif di tingkat Eropa, Georgia membutuhkan:

  • Pemain kreatif tambahan
  • Stabilitas pertahanan
  • Opsi transisi selain Kvaratskhelia

Kesimpulan A2: Spanyol Layak Masuk Daftar Kandidat Juara

Performa di Tbilisi menunjukkan bahwa Spanyol tidak hanya kembali stabil, tetapi juga berkembang menjadi tim yang sangat fleksibel dan efisien. Kemenangan 4-0 ini adalah bentuk sempurna dari generasi baru yang siap memimpin La Roja pada Piala Dunia 2026.

Georgia mencoba, tetapi kualitas dan struktur Spanyol terlalu kuat untuk dilawan. Jika Spanyol mempertahankan tren seperti ini, mereka jelas akan menjadi salah satu tim paling menarik untuk diikuti dalam perjalanan menuju Piala Dunia.

Analisis Mendalam: Dominasi Taktis Spanyol dan Masa Depan La Roja Menuju Piala Dunia 2026

Kemenangan 4-0 Spanyol atas Georgia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan hanya sekadar tiga poin. Ini adalah pernyataan kekuatan. Sebuah bukti bahwa era regenerasi La Roja menuju turnamen di Amerika Utara berada di jalur yang sangat solid. Mikel Oyarzabal, yang mencetak dua gol di pertandingan ini, menjadi simbol dari kombinasi pengalaman dan energi baru yang mulai menjadi identitas Luis de la Fuente.

Pertandingan di Tbilisi memperlihatkan tiga hal penting: efisiensi dalam ball progression, soliditas defensive block, dan ketajaman lini serang yang perlahan kembali ke level Spanyol era keemasan. Mari kita bedah satu per satu.

1. Penguasaan Bola yang Lebih Vertikal

Jika di era tiki-taka Spanyol dikenal sabar dan cenderung horizontal, kali ini pola menyerang mereka jauh lebih vertikal. De la Fuente jelas menekankan transisi progresif cepat yang memotong blok lawan dalam tiga sentuhan. Gol pertama yang lahir dari penalti merupakan hasil tekanan konsisten yang membuat Georgia panik di kotak penalti.

Simak juga Kosovo 2-0 Slovenia: Gol Spektakuler Fisnik Asllani Bawa Dardanians Selangkah Menuju Piala Dunia 2026

Alex Baena dan Zubimendi memainkan peran kunci dalam mengatur tempo dari lini kedua. Baena, khususnya, menampilkan fleksibilitas: turun untuk build-up, naik untuk overload, dan menjadi penghubung dengan para winger. Harapan besar muncul bahwa ia dapat berkembang menjadi gelandang kreatif yang selama ini dicari Spanyol pasca era Xavi–Iniesta.

2. Oyarzabal: Pemimpin Baru dalam Fase Eksekusi

Selama beberapa tahun terakhir, publik menilai Spanyol kekurangan “pencetak gol alami”. Mereka mengandalkan permainan kolektif, namun minim killer instinct di kotak penalti. Tetapi performa Oyarzabal di laga ini memperlihatkan sesuatu yang berbeda. Finishing klinisnya, baik dari penalti maupun sundulan melengkung ke tiang jauh, menunjukkan kualitas striker modern yang sangat dibutuhkan La Roja.

Di titik ini, Spanyol seperti menemukan kembali esensi mereka—kombinasi antara kreativitas sayap, efektivitas striker, dan kontrol permainan dari lini tengah.

🔥 BREAK INFO

👉 Dapatkan Update Prediksi Bola Terbaru Hanya di Holywin69 (klik di sini)


3. Struktur Pertahanan yang Stabil dan Sulit Ditembus

Meski unggul besar, salah satu faktor paling penting dari laga ini adalah rapinya pertahanan Spanyol. Georgia dengan Kvaratskhelia yang selalu berbahaya tidak mampu menghasilkan peluang berarti selama 45 menit pertama. Alasan utamanya:

  • Compact block saat kehilangan bola
  • High press terukur pada build-up Slovenia
  • Fallback cepat jika winger lawan mulai mengancam

Kombinasi antara Dani Carvajal dan Laporte menjadi tembok yang nyaris mustahil ditembus. Kedua pemain tidak hanya solid secara fisik, tetapi juga sangat komunikatif. Ini penting menjelang Piala Dunia 2026, mengingat Spanyol akan menghadapi tim-tim yang mengandalkan counter cepat seperti USA atau Meksiko.

4. Georgia Tidak Buruk—Spanyol Hanya Terlalu Baik

Jangan salah, Georgia bukan tim yang lemah. Mereka memiliki salah satu talenta terbaik Eropa Timur dalam diri Kvaratskhelia dan beberapa pemain yang disiplin secara taktik. Namun Spanyol memainkan pertandingan pada level yang terlalu tinggi untuk tuan rumah. Bahkan ketika Georgia mencoba meningkatkan intensitas, Spanyol selalu dapat mengontrol ritme.

Dengan kata lain: Ini bukan tentang Georgia yang buruk, melainkan Spanyol yang juga tidak memberi mereka peluang.

5. Peluang Spanyol di Piala Dunia 2026

Jika performa seperti ini berlanjut, Spanyol berpeluang besar menjadi kandidat kuat di turnamen 2026. Mereka memiliki:

  • Kedalaman skuad yang semakin matang
  • Estafet generasi yang berjalan mulus
  • Sistem permainan modern dengan penekanan vertikal

Spanyol juga sedang membangun gaya hybrid antara klasik tiki-taka dan gaya Eropa Utara yang lebih direct. Kombinasi ini menjadikan mereka tim yang sulit ditebak: bisa bermain sabar, bisa menyerang cepat, dan mampu menguasai bola lebih dari 60% di hampir semua laga.

6. Apa Tantangan Spanyol ke Depan?

Meski tampak solid, Spanyol masih memiliki dua tantangan yang harus dibenahi sebelum menuju Piala Dunia:

  1. Konsistensi finishing — meski melawan Georgia efektif, lawan-lawan besar seperti Prancis atau Argentina tentu tidak akan memberi banyak peluang.
  2. Kedalaman bek tengah — jika Laporte cedera, pelapisnya belum benar-benar mapan.

Dua masalah ini tidak krusial, namun perlu perhatian serius bila Spanyol ingin mencapai semifinal atau final Piala Dunia.

7. Kesimpulan: Spanyol Siap Kembali Menjadi Raksasa

Pertandingan melawan Georgia adalah sebuah pamer kekuatan. Tidak hanya soal skor, tetapi soal cara mereka mengontrol permainan, mematikan ancaman lawan, dan tampil dominan di setiap area lapangan.

Dengan pemain seperti Oyarzabal, Baena, Zubimendi, Torres, dan generasi berikutnya yang terus menanjak, Spanyol tampak siap kembali pada puncak kejayaan sepak bola dunia.

La Roja tidak hanya menang—mereka mengirim pesan ke seluruh dunia: “Kami kembali.”


Timnas Spanyol merayakan kemenangan 4-0 atas Georgia
Lebih baru Lebih lama