Rapor XI Terbaik Liverpool: Semua di Bawah Standar, Investasi Bodong atau Salah Strategi?

Juara bertahan terlempar ke peringkat 8. 200 juta pound dihabiskan. Tapi starting XI terbaik mereka musim ini? Rata-rata rating-nya tidak ada yang tembus 7,5.

Tim Liverpool berdiri lesu di tengah lapangan Anfield, ekspresi kecewa, latar belakang tribun separuh kosong

Ironi terbesar musim 2025/26 mungkin bukan kekalahan 0–3 dari Man City—tapi fakta bahwa tidak satu pun pemain Liverpool punya rating rata-rata di atas 7,5 di Premier League (sumber: FotMob, 11 Nov 2025).

Sebagai perbandingan: musim lalu, 5 pemain tembus 7,5+. Ini bukan soal performa individu yang turun—tapi tanda sistem yang belum menyatu.

Berikut rapor lengkap XI terbaik versi data—dengan sentilan jujur yang mungkin tak berani diucapkan di Anfield.

Penjaga Gawang

Alisson Becker (7,00)

Alisson Becker berlari keluar dari gawang, mencoba menghalau serangan lawan, ekspresi fokus di tengah hujan

Sang penjaga gawang terbaik dunia versi 2022 kini seperti mesin yang kehabisan oli. Belum kembali ke performa puncak pasca cedera hamstring—dan absennya membuat Liverpool kehilangan bukan cuma refleks, tapi rasa tenang di lini belakang.

⭐ Rating: 7,00 — Masih yang terbaik, tapi tidak lagi "Alisson level".
Jika Mamardashvili tidak berkembang cepat, posisi ini akan jadi titik lemah terbesar musim dingin nanti.

Lini Belakang: Dari Lubang ke Kebingungan

Conor Bradley (RB • 6,61)

Conor Bradley berlari di sisi kanan lapangan, mencoba menghentikan winger lawan, jersey nomor 84

Naik daun karena kepergian Trent—tapi jangan salah: ini bukan "penerus", ini pengganti darurat. Bradley solid dalam transisi, tapi ketika diuji 1v1 oleh elite (lihat: Doku), ia terlihat seperti anak SMA melawan pro.

⭐ Rating: 6,61 — Cukup untuk lawan mid-table, tidak cukup untuk gelar.

Ibrahima Konaté (CB • 6,95)

Ibrahima Konate melakukan tekel keras di kotak penalti, rambut terurai, ekspresi intens

Konaté musim ini seperti lampu lalu lintas: hijau vs Arsenal, merah vs Bournemouth. Rumor Real Madrid? Bisa jadi gangguan—atau justru motivasi tersembunyi.

Membedah Kemungkinan Haaland Pecahkan Rekor Messi: Bisa Capai 100 Gol?

⭐ Rating: 6,95 — Terbaik di antara yang buruk. Tapi "terbaik di antara buruk" tetap buruk.

Virgil van Dijk (CB • 7,15)

Virgil van Dijk mengangkat lengan memimpin rapat tim, latar belakang Anfield, tatapan tegas

Kapten yang mulai kehilangan aura "tidak terkalahkan". Kesalahan posisi vs Man City (gol ke-2 Haaland) adalah bukti: ia tidak lagi bisa menutupi kelemahan kolektif dengan kepemimpinan individu.

⭐ Rating: 7,15 — Masih tulang punggung, tapi retak mulai terlihat.

Andy Robertson (LB • 6,78)

Andy Robertson berlari menyusuri sisi kiri, siap lepas landas ke kotak penalti lawan

Bukti bahwa "bek kiri tua" belum mati—tapi juga bukan kebangkitan heroik. Lebih stabil dari Kerkez, tapi jelas bukan lagi mesin assist seperti 2019–2022.

⭐ Rating: 6,78 — Pilihan aman, bukan pilihan menang.

Lini Tengah: Satu Mesin, Dua yang Tersendat

Ryan Gravenberch (CM • 7,36)

Ryan Gravenberch mengontrol bola dengan tenang di tengah lapangan, tatapan penuh percaya diri

Satu-satunya pemain yang tampak nyaman di sistem Slot. Kemampuan membawa bola keluar dari tekanan tetap elite—sayangnya, ia sering jadi "penumpang" karena rekan-rekannya tidak bisa menyeimbangkan permainan.

⭐ Rating: 7,36 — Motor yang berputar, tapi roda lainnya macet.

Alexis Mac Allister (CM • 6,77)

Alexis Mac Allister melepaskan umpan terobosan, bola di udara, ekspresi penuh konsentrasi

Musim lalu: Ballon d’Or nominee. Musim ini: rollercoaster emosional. Gemilang vs Madrid, hilang vs Man City. Masalahnya? Ia butuh ritme—dan sistem Slot belum memberinya itu.

⭐ Rating: 6,77 — Potensinya 8+, tapi konsistensi: 6.

Dominik Szoboszlai (AM • 7,40)

Dominik Szoboszlai merayakan gol, lengan terangkat, jersey nomor 8 berkibar di angin Anfield

Pemain terbaik Liverpool musim ini—dan mungkin satu-satunya yang layak disebut "peningkatan nyata". Energi, visi, dan work rate membuatnya jadi nyawa serangan. Banyak suara di Anfield yang mulai menyebutnya: "The Next Captain".

⭐ Rating: 7,40 — Satu-satunya yang layak bintang.

Lini Depan: Salah Redup, Gakpo Menyala, Ekitike Memberi Harapan

Mohamed Salah (RW • 7,02)

Mohamed Salah berlari dengan bola, tapi terjebak pressing ketat, ekspresi frustrasi

Delapan kontribusi gol dalam 16 laga? Angka biasa—bukan Salah level MVP. Sentuhan pertama kacau, finishing tidak tajam, pressing malas. Ini bukan "penurunan usia", tapi tanda sistem yang tidak memaksimalkannya.

⭐ Rating: 7,02 — Masih penting, tapi tidak lagi menentukan.

Cody Gakpo (LW • 7,44 — Tertinggi di Tim!)

Cody Gakpo melepaskan tembakan kaki kiri dari dalam kotak penalti, fokus penuh

Sang ratu rating FotMob. Meningkat drastis pasca kepergian Luis Díaz—dan membuktikan: ia bukan pelapis, tapi starter yang tertahan. Masalah? Terlalu sering mengulang pola: potong ke dalam → tembak kiri. Lawan sudah hafal.

⭐ Rating: 7,44 — Bintang musim ini. Tapi bisa lebih jika variasi taktik bertambah.

Hugo Ekitike (ST • 6,78)

Hugo Ekitike mencetak gol sundulan, lompatan tinggi, lengan terentang rayakan

Dari semua rekrutan mahal, hanya Ekitike yang tidak terdengar desas-desus negatif. 6 gol di semua kompetisi, pergerakan cerdas, chemistry dengan Gakpo/Szoboszlai meningkat. Belum konsisten—tapi ini proyek jangka panjang yang layak dipertahankan.

⭐ Rating: 6,78 — Bukan investasi bodong. Cuma butuh waktu.

Kesimpulan: Bukan Pemain, Tapi Sistem yang Rusak

Ilustrasi taktik Liverpool: formasi 4-2-3-1 dengan panah dan garis yang kacau, simbol tanda tanya besar di tengah

Jika Anda melihat daftar di atas, satu pola muncul: → Pemain terbaik (Szoboszlai, Gakpo) adalah yang paling sering bermain bebas. → Pemain bermasalah (Salah, Mac Allister) adalah yang paling terikat peran kaku.

Masalah Liverpool bukan soal "investasi bodong", tapi transisi taktik yang belum tuntas. Slot mencoba campurkan DNA Klopp (intensitas) dengan filosofi Guardiola (kontrol)—tapi hasilnya: tim yang tidak cepat, tidak sabar, dan tidak rapi.

Musim ini belum berakhir. Tapi jika Slot tidak menemukan identitas dalam 3–4 laga ke depan, jeda musim dingin bisa jadi saatnya untuk reset total—atau kehilangan mimpi back-to-back selamanya.

Data: FotMob, Premier League Stats, WhoScored — 11 November 2025.

Lebih baru Lebih lama