Pesan Keras Pep Guardiola Usai Menang 3-0 atas Liverpool Jangan Rayakan Kegagalan Orang Lain!

Kemenangan telak di laga ke-100 Guardiola bukan sekadar tiga poin—tapi deklarasi filosofi: City harus menang karena percaya pada diri sendiri, bukan karena rival terpeleset.

Pep Guardiola berdiri tegak di pinggir lapangan Etihad, latar belakang pemain Man City merayakan gol ke gawang Liverpool

Ketika Jeremy Doku melesat seperti kilat dan menjebol gawang Alisson di menit ke-65, Etihad bergemuruh. Tapi di ruang ganti usai laga, tidak ada tawa kemenangan—yang ada adalah pesan keras dari pelatih paling filosofis di dunia.

Di tengah euforia kemenangan 3–0 atas juara bertahan, Guardiola justru melarang para pemainnya merayakan hasil imbang Arsenal vs Sunderland sehari sebelumnya.

“Kami tak boleh melihat hasilnya karena Arsenal tidak menang. Anda harus melakukannya untuk percaya pada diri sendiri.”

Ini bukan sekadar kalimat motivasi—tapi pengingat moral bahwa kejayaan sejati tidak dibangun di atas kegagalan orang lain.

Reaksi Jujur Guardiola atas Kejutan Sunderland

Dan Ballard merayakan gol untuk Sunderland melawan Arsenal, latar belakang suporter tuan rumah Stadium of Light

Guardiola mengakui: ia dan para pemain Liverpool sempat terpana saat mendengar Arsenal ditahan imbang 2–2 oleh Sunderland.

“Saya sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Sunderland,” ujarnya terus terang. “Saya kira Liverpool dan saya berpikir ‘wow, mereka akhirnya kehilangan poin dan kebobolan dua gol’. Karena dengan laju Arsenal, sepertinya itu tidak akan pernah terjadi.”

Tapi di situlah justru letak kecerdasan Guardiola: ia memanfaatkan kejutan itu sebagai refleksi, bukan senjata.

Ini pola lama Guardiola: di Barcelona 2009, ia juga melarang tim merayakan kekalahan Inter Milan di Serie A sebelum El Clásico. “Kemenangan harus lahir dari keyakinan, bukan keberuntungan,” katanya kala itu.

Pesan Inti: Menang untuk Diri Sendiri, Bukan demi Lawan

Formasi taktik Manchester City menguasai lini tengah melawan Liverpool, ilustrasi penguasaan bola 68%

Yang menarik: Guardiola tidak sekali pun menyebut “memotong jarak ke Arsenal” sebagai tujuan. Baginya, poin itu hanya efek samping.

Fokusnya jelas: membuktikan identitas melawan sang juara.

“Kami bermain melawan sang juara di Inggris,” tegasnya. “Kami harus menunjukkan bahwa kami mampu berada di sana bersama mereka sepanjang musim ini. Hari ini, saya pikir kami menunjukkan ini.”

Dan memang, City tidak cuma menang—mereka mendominasi: → 64% penguasaan bola → 21 tembakan (10 tepat sasaran) → 436 operan sukses di sepertiga akhir lapangan

Ini bukan “City yang beruntung”—ini City yang kembali ke standar tertinggi mereka.

Hadiah ke-100: Performa yang Lebih Bernilai dari Trofi

Jeremy Doku melepaskan tembakan kaki kiri ke gawang Liverpool, bola melengkung ke sudut atas, ekspresi ekstase

Laga ini menandai pertandingan ke-1.000 Pep Guardiola sebagai pelatih—dan para pemainnya memberinya hadiah terindah: penampilan kolektif yang nyaris sempurna.

Guardiola memuji seluruh lini—tapi sorotan jatuh pada Jeremy Doku, yang tampil bak bintang utama: 🔹 1 gol spektakuler 🔹 5 dribel sukses 🔹 4 pelanggaran ditarik 🔹 2 umpan kunci

“Tentu saja ancaman dari Jeremy sangat luar biasa di samping Erling.” — Pep Guardiola, dengan senyum puas.

Di tengah isu “City kehabisan kreativitas pasca De Bruyne”, Doku membuktikan: regenerasi tidak hanya mungkin—tapi bisa meledak di momen terbesar.

Refleksi: Filosofi yang Tak Pernah Berubah

Pep Guardiola berbicara di konferensi pers, latar belakang layar dengan kutipan 'Play with belief, not fear'

14 tahun sejak melatih Barcelona, satu prinsip Guardiola tetap utuh: Kemenangan sejati bukan soal mengalahkan lawan—tapi mengalahkan keraguan dalam diri sendiri.

Di dunia sepak bola yang semakin pragmatis, pesannya mungkin terdengar idealis. Tapi ketika City menghancurkan Liverpool dengan 3 gol indah, bukan gol kontroversial—kita diingatkan: ada tempat di mana keindahan dan keyakinan masih jadi fondasi juara.

Rapor XI Terbaik Liverpool: Semua di Bawah Standar, Investasi Bodong atau Salah Strategi?

Dan untuk Guardiola, itu hadiah terbaik di laga ke-100-nya.

Sumber: Konferensi pers resmi Man City, 10 November 2025 — Analisis taktik: Opta, StatsBomb.

Lebih baru Lebih lama