Cedera lutut Benjamin Sesko bukan cuma soal kehilangan satu pemain—tapi ujian pertama bagi identitas taktik Ruben Amorim di Old Trafford.
Ketika Micky van de Ven menebas kaki Sesko di menit ke-32, bukan cuma sang striker yang jatuh—rencana Amorim untuk bangun identitas baru MU ikut terguncang.
Sesko baru saja mulai nyaman: 3 gol, 2 assist, dan chemistry berkembang dengan Cunha–Mount. Kini, Amorim dihadapkan pada pilihan sulit jelang laga vs Everton: apakah MU siap bermain tanpa striker murni dalam jangka panjang?
Berikut tiga opsi—dengan analisis realistis, bukan sekadar spekulasi.
Opsi #1: Kembali ke Sistem Tanpa Striker (False Nine ala Amorim)
Skema: Matheus Cunha sebagai false nine, Mount & Mbeumo bergerak bebas di belakang, Rashford/Garnacho melebar.
Alasan: Ini adalah DNA asli Amorim di Sporting—dan baru-baru ini terbukti efektif melawan Liverpool (hasil imbang 1-1) dan Spurs (kalah 1-2, tapi dominan 62% penguasaan bola).
✅ Cunha punya visi & kontrol bola elite
✅ Cocok dengan gaya Amorim jangka panjang
❌ Sulit menang melawan tim defensif (lihat: kekalahan 0-1 vs Crystal Palace)
❌ Tergantung kualitas eksekusi akhir—yang masih lemah
Fakta tajam: Sejak Amorim ambil alih, MU mencatat 55% penguasaan bola rata-rata—tapi hanya 1,1 gol/laga. Artinya: mereka menguasai, tapi tidak menghancurkan.
Opsi #2: Percaya pada Joshua Zirkzee — “Anak Hilang” yang Siap Bangkit?
Zirkzee bukan pilihan darurat—ia adalah penyerang dengan profil paling lengkap di skuad MU saat ini:
- Postur tinggi (193 cm) + mobilitas tinggi
- Kemampuan hold-up ball & link-up play elite
- Sudah cetak 2 gol dalam 4 laga sebagai starter musim lalu
Tantangan terbesar: Zirkzee dikabarkan frustrasi berat karena minim menit. Jika Amorim tidak memberinya kepercayaan penuh dalam 2–3 laga, Januari bisa jadi jendela pergi.
Tapi ini juga kesempatan emas: jika Zirkzee tampil solid vs Everton, ia bisa jadi jembatan sempurna antara era transisi dan masa depan (Obi, Højlund pulih, dll).
Opsi #3: Langkah Berani — Percaya pada Chido Obi (17 Tahun)
Nama ini bukan isapan jempol. Di tim U-18, Obi telah mencetak 14 gol dalam 11 laga musim ini—dengan rata-rata 5,3 tembakan/laga. Ia juga unggul dalam:
- Finishing dalam ruang sempit (82% akurasi)
- Gerakan tanpa bola (5,1 run ke kotak/laga)
- Heading (7 gol sundulan)
Tapi sebagai pemain pengganti menit 60+? Ini bisa jadi momen "Marcus Rashford 2.0" — jika Amorim berani mempercayai akademinya.
Prediksi Taktik Amorim vs Everton: Kombinasi Cerdas?
Jangan heran jika Amorim memilih gabungan dari ketiganya:
- Babak pertama: Cunha sebagai false nine (uji sistem)
- Menit 60: Masukkan Zirkzee jika skor masih imbang/ketinggalan
- Menit 75+: Obi masuk sebagai pelapis segar untuk rebut bola-bola atas
Ini bukan tanda kebingungan—tapi manajemen sumber daya ala pelatih elite. Amorim tahu: MU tidak punya satu striker siap pakai. Tapi ia punya tiga setengah solusi—dan itu lebih baik dari kebanyakan tim di Premier League.
“Transisi besar tidak dibangun dalam satu laga. Tapi dalam keberanian memilih — meski tanpa jaminan.”
Data: Premier League Stats, MU Academy Report, WhoScored — 11 November 2025.