Perjalanan Mohamed Salah dari Desa Nagrig hingga Ikon Sepak Bola Dunia: Kisah Lengkap Sang Egyptian King

Mohamed Salah di kampung halamannya di Nagrig Mesir

"Setiap kali saya masuk ke sini, saya selalu teringat bagaimana dia bergerak dan cara dia mengontrol bola. Itu sesuatu yang luar biasa."

Itulah kata-kata Ghamry Abd El-Hamid El-Saadany, salah satu pelatih pertama Mohamed Salah, ketika ia membuka gerbang hijau tua pusat pemuda di Nagrig — sebuah desa sekitar tiga jam ke utara Cairo. Di sinilah perjalanan salah satu penyerang paling produktif di dunia bermula. Di sinilah fondasi seorang bintang Liverpool, juara Premier League, dan ikon sepak bola internasional dibentuk.

Nagrig adalah tempat yang sangat sederhana. Jalan-jalan utama masih dipenuhi tanah berdebu, anak-anak berlarian dengan bola plastik, dan suara hewan ternak bercampur dengan klakson tuk-tuk. Namun dari desa inilah lahir sosok yang kemudian dikenal sebagai “Egyptian King”.


Masa Kecil Salah: Meniru Ronaldo, Zidane, dan Totti

Anak-anak bermain sepak bola di desa Nagrig seperti masa kecil Salah

Saat kecil, Salah selalu bermain sepak bola di jalanan bersama teman-temannya. Sejak usia tujuh tahun, ia sudah sering meniru pergerakan idola-idolanya: Ronaldo Nazario, Zinedine Zidane, dan Francesco Totti. Meski tubuhnya kecil dan kurus, semua yang melihatnya setuju bahwa ia memiliki bakat berbeda.

Pelatih pertamanya, El-Saadany, mengingat jelas:

"Mohamed kecil dibandingkan rekan setimnya, tapi dia melakukan hal-hal yang bahkan tidak bisa dilakukan anak-anak yang lebih tua."

Ia menunjuk ke lapangan sintetis yang kini diberi nama Mohamed Salah Pitch — sebuah penghormatan bagi anak desa yang menembus panggung sepak bola dunia.

"Tendangannya sangat kuat, tekadnya besar, dan dia punya dorongan yang tidak dimiliki anak-anak lain."


Legenda yang Terbentuk di Liverpool

Kini, Salah — di usia 33 tahun — memasuki musim kesembilannya di Liverpool. Sejak bergabung pada 2017, ia telah mencetak:

  • 245 gol dalam 402 penampilan
  • Mengangkat Premier League
  • Menjuarai Liga Champions
  • Meraih seluruh gelar domestik Inggris

Ia menjadi salah satu pemain paling konsisten dalam sejarah klub, namun kisah di balik bagaimana ia bisa sampai ke titik itu jauh lebih besar dari statistik apa pun.

Untuk masyarakat Mesir — negara berpenduduk lebih dari 115 juta jiwa yang sangat mencintai sepak bola — Salah adalah simbol harapan, kerja keras, kesederhanaan, dan kebanggaan nasional.


"Dia dari kita" — Ikatan emosional rakyat Mesir dengan Salah

Fans Mesir mengenakan jersey Mohamed Salah di kafe Cairo

Di pusat kota Cairo, di sebuah kafe bernama Dentists Cafe, para penggemar Liverpool berkumpul untuk menonton pertandingan. Salah satu pengunjung, Lamisse El-Sadek, mengenakan jersey Liverpool dengan nama ayahnya di bagian belakang.

"Setiap laga Liverpool adalah dua jam paling bahagia dalam keluarga kami setiap minggu," kenangnya.

"Ayah saya meninggal dua tahun lalu, tapi setiap kali saya menonton Mohamed Salah, saya merasa seperti mendengar tawa ayah saya lagi."

Bagi banyak warga Mesir, kesuksesan Salah seakan mencerminkan perjalanan hidup mereka sendiri:

"Salah tidak berasal dari keluarga kaya. Dia bekerja keras, berkorban banyak, dan apa yang ia capai terasa seperti kemenangan kami juga."


Nagrig: Desa kecil yang membesarkan ikon dunia

Pusat pemuda di Nagrig tempat Salah berlatih saat kecil

Nagrig hanyalah desa pertanian kecil di Delta Sungai Nil. Jalanan kecilnya dipenuhi tanaman jasmine, semangka, kerbau, sapi, dan kereta kuda yang bercampur dengan motor tua.

Namun begitu masuk ke desa ini, ada satu hal yang langsung terlihat:

Nama dan wajah Mohamed Salah ada di mana-mana.

  • Anak-anak memakai jersey Liverpool dan Mesir bertuliskan "Salah 11"
  • Tuk-tuk dihiasi stiker wajahnya
  • Mural besar menghiasi dinding sekolahnya
  • Lapangan tempat ia berlatih dinamai menurut namanya

El-Saadany menegaskan:

"Keluarga Salah adalah fondasi kesuksesannya. Mereka rendah hati, penuh nilai, dan dihormati semua orang."

Salah membiayai renovasi besar pusat pemuda desa itu — lapangan hijau cerahnya kini terlihat seperti fasilitas klub profesional.


Tukang Cukur yang Menciptakan “Rambut Ikonik Salah”

Barbershop di Nagrig tempat Salah mencukur rambut saat remaja

Di jantung Nagrig, ada satu tempat yang selalu diceritakan warga: barbershop sederhana bernama El Masri.

"Saya yang memberikan potongan rambut keriting itu, dan juga janggutnya," kata Ahmed El Masri sambil tertawa.

"Teman-temannya bilang jangan potong rambut di sini karena kami dari desa, bukan kota, tapi dia selalu datang. Besoknya, teman-temannya kaget — mereka bilang, 'siapa barber-mu?'."

Menurut El Masri, bahkan saat bermain PlayStation, Salah sudah obsesif dengan satu klub:

"Salah selalu memilih Liverpool. Teman-temannya memilih United atau Barcelona, tapi dia selalu jadi Liverpool."


Perjalanan Hidup yang Tak Mudah: Enam Tahun di Arab Contractors

Bakat besar Salah membuatnya direkrut klub Arab Contractors di Cairo pada usia 14 tahun. Ia diberi izin sekolah khusus agar bisa menjalani perjalanan panjang—yang kini menjadi bagian legendaris dari kisah hidupnya.

Setiap hari, Salah menempuh perjalanan dengan:

  • Bus desa dari Nagrig ke Basyoun
  • Lanjut ke Tanta
  • Lanjut lagi ke stasiun Ramses Cairo
  • Berganti bus terakhir menuju latihan

Dan setelah latihan sore, ia harus mengulang semua perjalanan panjang itu kembali ke rumah.

Total perjalanan: sekitar 10–11 jam setiap kali latihan.

El-Saadany menegaskan:

"Bayangkan anak 14 tahun berangkat jam 10 pagi dan kembali jam tengah malam. Itu butuh mental baja."

Perjalanan ini membentuk karakter Salah: disiplin, keras kepala pada tujuan, dan siap melakukan pengorbanan ekstrem.


Bus Perjuangan: Perjalanan Panjang yang Membentuk Mental Baja

Minibus putih khas Mesir yang sering digunakan Salah saat remaja

Di sebuah halte tua di pinggir desa Nagrig, puluhan orang menunggu minibus kecil berwarna putih — kendaraan yang menjadi saksi perjalanan hidup Salah ketika masih remaja. Bus ini tidak memiliki jadwal; ia hanya berangkat ketika penuh. Pelatihnya dulu, El-Saadany, tersenyum getir ketika mengenang masa-masa itu.

"Itu perjalanan yang keras, panas, melelahkan, dan mahal. Mungkin tidak ada banyak pemain lain yang mau melakukan apa yang dia lakukan."

Saat wartawan BBC mencoba merasakan sendiri “bus perjuangan Salah”, mereka terhimpit di kursi belakang yang sempit bersama seorang ibu dan dua anaknya — gambaran betapa beratnya perjalanan yang harus ditempuh seorang remaja berusia 14 tahun yang ingin bermain sepak bola.

Dari Nagrig menuju Basyoun, lanjut ke Tanta, kemudian ke Cairo, sebelum akhirnya sampai ke Arab Contractors, membutuhkan kombinasi:

  • Kesabaran ekstrem
  • Keberanian
  • Ketahanan fisik
  • Tekad yang tidak mudah goyah

Hany Ramzy, pelatih yang memberi Salah debut internasional pertamanya pada 2011, berkata:

"Perjalanan itu membentuknya. Bergerak dari desa ke kota besar sendirian, setiap hari, itu bukan hal mudah. Itu membangun kekuatan mental yang membuatnya mampu bertahan di level tertinggi dunia."


Pelatih yang Pertama Kali Mengatakan: “Jangan Bertahan!”

Pelatih anggota staf Timnas Mesir menjelaskan taktik

Ketika kita memasuki jembatan utama di Cairo, sebuah papan elektronik besar berubah dari iklan es krim menjadi wajah Mohamed Salah dengan kata Arab “Shukran” — artinya "Terima kasih". Bagi rakyat Mesir, Salah bukan hanya pesepak bola; ia adalah simbol pencapaian yang lahir dari kerapuhan ekonomi dan kesulitan sosial negara tersebut.

Di sebuah kantor di sekitar jembatan itu, wartawan bertemu Diaa El-Sayed — pelatih yang pernah menangani Salah di Piala Dunia U-20 2011 di Kolombia.

Diaa tersenyum ketika mengenang kejadian lucu:

"Saya bilang pada Salah, jangan turun bertahan. Fokus menyerang. Tapi saat lawan Argentina, dia turun hingga kotak penalti dan memberi penalti!"

Ia tertawa mengingatkan kembali momen itu.

"Saya bilang, 'Mohamed! Jangan bertahan! Kamu tidak bisa bertahan!'. Dan bertahun-tahun kemudian, saya dengar Arne Slot mengatakan hal yang sama di Liverpool. Tapi saya yang pertama mengatakannya!"

Kisah itu menunjukkan dua hal: bahwa Salah adalah pemain yang mudah diarahkan, tetapi juga seorang yang terlalu ingin membantu hingga kadang melakukan hal di luar perannya.


Salah dan Tim Nasional Mesir: Tekanan 120 Juta Pasang Mata

Fans Mesir memenuhi stadion untuk menonton Salah bermain

Selama 14 tahun membela tim nasional Mesir, Salah menjadi pusat harapan seluruh negeri. Setiap cedera yang dialaminya dipantau oleh pejabat tinggi negara. Ketika Salah mengalami cedera bahu dalam final Liga Champions 2018 melawan Real Madrid, telepon dokter tim nasional Mesir tidak berhenti berdering.

Dr. Mohamed Aboud mengenang:

"Saya mendapat telepon dari Menteri Kesehatan Mesir. Mereka takut Salah tidak bisa bermain di Piala Dunia Rusia."

Tekanan itu hampir mengubah hidup sang dokter:

"Saya mendapat telepon dari ratusan orang. Salah satu anggota dewan berkata, 'Anda kini salah satu orang paling penting di dunia'."

Salah akhirnya sembuh dan mencetak gol melawan Rusia dan Arab Saudi, meski Mesir tetap tersingkir cepat. Namun bagi para fans, Salah selalu ada di setiap momen penting.

Asisten pelatih Mesir kala itu, Mahmoud Fayez, menegaskan:

"Salah terlibat dalam setiap gol yang membawa kami lolos ke Piala Dunia 2018."

Termasuk momen tak terlupakan ketika ia mencetak penalti menit 95 melawan Kongo, mengakhiri penantian Mesir selama 28 tahun.

"Salah menangis, menari, memeluk semua orang. Itu adalah malam paling emosional dalam hidup kami."


Akademi “The Maker”: Mencetak Salah-Salah Baru

Di Cairo, terdapat sebuah akademi bernama The Maker, didirikan oleh mantan pemain Tottenham dan ikon Mesir, Mido. Tujuannya sederhana tetapi sangat ambisius:

"Mencetak generasi baru yang bermimpi menjadi Mohamed Salah."

Dalam sebuah kelas, papan tulis memperlihatkan tiga kata yang ditulis besar:

  • Discipline
  • Dedication
  • Motivation

Di bawahnya tertulis nama: Mohamed Salah.

Mido menjelaskan:

"Dia bukan hanya pesepak bola hebat; dia duta terbaik untuk Mesir dan Afrika. Kini klub Eropa melihat pemain Mesir dengan cara berbeda — karena Salah."

Bagi banyak anak Mesir, Salah membuka pintu impian yang dulu terasa mustahil.


Memberi Kembali: Salah Mengubah Hidup Warga Nagrig

Di tengah desa Nagrig, ada seorang wanita tua berusia 70 tahun bernama Rashida. Ia menjual sayuran dari gerobak kecil, namun kehidupannya berubah drastis berkat bantuan dari Mohamed Salah Charity Foundation.

Rashida berkata:

"Dia seperti saudara bagi kami. Anak baik, penuh hormat, murah hati."

Yayasan Salah membantu:

  • Anak yatim
  • Ibu tunggal dan janda
  • Keluarga miskin
  • Lansia
  • Orang sakit yang membutuhkan biaya pengobatan
  • Penyediaan makanan reguler

Perwakilan yayasan, Hassan Bakr, menjelaskan:

Simak juga berita yang lain : FIFA Laporkan 30.000 Unggahan Online Bersifat Abusif pada 2025: Gianni Infantino Tegaskan Tidak Ada Tempat untuk Pelecehan di Sepak Bola

"Salah membiayai banyak fasilitas: kantor pos baru, unit ambulans, lembaga agama, bahkan mendonasikan tanah untuk stasiun pengolahan limbah."

Dan ketika ia pulang ke Nagrig, ia datang tanpa pengawalan besar, tanpa kemewahan.

"Dia tidak pernah menunjukkan gaya hidup bintang. Itu sebabnya orang mencintainya."


Satu Pertanyaan Besar: Apakah Salah Harus Memberikan Gelar untuk Mesir?

Salah membawa Mesir ke final Piala Afrika

Mesir memenangkan tiga Piala Afrika berturut-turut dari 2006 hingga 2010 — sebelum era Salah. Bersama Salah, mereka mencapai:

  • Final Piala Afrika 2017 (kalah dari Cameroon)
  • Final Piala Afrika 2021 (kalah dari Senegal)

Publik bertanya-tanya: apakah Salah butuh trofi internasional?

Mido menjawab tegas:

"Salah sudah menjadi legenda. Ia tidak perlu membuktikan apa pun. Dia sudah menjadi pesepak bola Mesir terbesar sepanjang masa."


Mengapa Mohamed Salah Begitu Dicintai di Mesir?

Fans Mesir membawa poster Mohamed Salah di jalanan Cairo

Ketika berbicara tentang Mohamed Salah, cinta masyarakat Mesir bukan sekadar kekaguman terhadap seorang bintang sepak bola. Cinta itu jauh lebih dalam — sebuah ikatan emosi, identitas, dan harapan yang membentang dari generasi ke generasi. Salah bukan hanya seorang pemain; ia adalah simbol bahwa seorang anak dari desa kecil bisa mengguncang dunia.

Ada beberapa alasan mengapa Salah begitu dicintai oleh bangsanya:

1. Ia Tetap Rendah Hati Meski Menjadi Superstar Dunia

Di tengah popularitas global, pendapatan besar, dan sorotan media, Salah tetap mempertahankan karakter yang sama seperti ketika ia masih berlatih di lapangan berdebu di Nagrig. Ketika pulang kampung, ia tidak datang dengan rombongan besar atau mobil super mahal. Ia berjalan kaki, menyapa anak-anak, dan duduk bersama warga.

2. Ia Tidak Pernah Terlibat Skandal

Dalam dunia sepak bola modern yang penuh drama, Salah tetap bersih dari masalah. Tidak ada kontroversi besar, tidak ada kasus ego, tidak ada sikap buruk di luar lapangan.

3. Ia Memberi Kembali dalam Skala Besar

Salah telah membangun fasilitas publik, membiayai peralatan medis, membantu komunitas miskin, dan menciptakan dampak nyata di desa kelahirannya. Banyak warga Nagrig bergantung pada program-program amal dari yayasan Salah.

4. Ia Membawa Nama Mesir ke Panggung Dunia

Setiap kali Salah mencetak gol untuk Liverpool atau Mesir, jutaan orang Mesir merayakannya. Nama Mesir disebut di seluruh dunia — bukan karena politik, tetapi karena olahraga, prestasi, dan kejayaan seorang anak desa.


Daya Tarik Global: Salah Menyatukan Timur dan Barat

Mohamed Salah merayakan gol untuk Liverpool

Mohamed Salah adalah satu dari sedikit pemain yang berhasil menembus batas budaya antara dunia Arab, Afrika, dan Eropa. Ia menjadi ikon global, disukai oleh fans di seluruh dunia — termasuk mereka yang tidak mendukung Liverpool atau Mesir.

Keberhasilan Salah bukan hanya tentang gol dan trofi. Ia menjadi wajah yang menyatukan:

  • Fans Afrika yang melihatnya sebagai saudara benua
  • Dunia Arab yang menjadikannya simbol kebanggaan
  • Fans Liverpool yang memujanya sebagai legenda klub
  • Penonton global yang melihatnya sebagai role model positif

Dengan prestasi, karakter, dan kontribusinya, Salah mengubah cara dunia memandang pemain Arab dan Afrika. Banyak klub besar Eropa kini lebih terbuka mencari bakat di wilayah tersebut — dan semuanya dimulai dari jejak yang ia tinggalkan.


Kisah Loyalitas: Mengapa Salah Tidak Pernah Melupakan Akar

Salah adalah contoh terbaik seseorang yang tidak pernah lupa dari mana ia berasal. Meski kehidupannya kini jauh berbeda dari masa kecilnya, ia selalu membawa Nagrig dalam hatinya.

Beberapa kontribusi Salah untuk kampung halamannya termasuk:

  • Membangun pusat pemuda
  • Mendonasikan alat medis untuk rumah sakit desa
  • Memberi bantuan bulanan kepada ratusan keluarga miskin
  • Membiayai pernikahan untuk pasangan kurang mampu
  • Membiayai sekolah, masjid, dan fasilitas sosial
  • Menyalurkan bantuan logistik pada saat pandemi dan bencana

Ketika ditanya mengapa ia memberi begitu banyak, Salah hanya menjawab sederhana:

"Karena saya berasal dari sini. Ini keluarga saya."


Bagaimana Mesir Melihat Sosok Salah Saat Ini?

Dalam masyarakat Mesir, Salah bukan hanya atlet. Ia adalah:

  • Ikon nasional
  • Simbol kesuksesan dari kesederhanaan
  • Tokoh panutan bagi jutaan anak muda
  • Alasan bangsa bersatu saat pertandingan Timnas

Ketika Mesir bermain, jutaan orang memenuhi jalanan, kafe, dan ruang publik. Banyak dari mereka mengenakan jersey Liverpool atau Mesir bertuliskan Salah 11.

Kecintaan rakyat Mesir terhadap Salah begitu besar hingga beberapa kali, pemilu di Mesir pernah menunjukkan fenomena unik — sebagian warga menuliskan nama “Salah” dalam surat suara sebagai bentuk simbolik dukungan mereka pada sang bintang.


Apa Selanjutnya untuk Mohamed Salah?

Kini pada usia 33 tahun, Salah berada di fase menarik dalam kariernya. Ia telah meraih segala gelar di level klub bersama Liverpool:

  • Liga Champions
  • Premier League (2 kali)
  • Piala FA
  • Piala Liga
  • Piala Dunia Antarklub

Namun ada dua tantangan besar yang masih menantinya:

1. Piala Afrika 2025

Salah dua kali mencapai final, namun keduanya berakhir dengan kekalahan yang sangat menyakitkan. Para fans bertanya-tanya: Apakah ini waktunya?

2. Piala Dunia 2026

Mesir belum pernah benar-benar bersinar di Piala Dunia. Salah berharap membawa negara itu lolos lebih jauh dari babak grup — sesuatu yang belum pernah diraih Mesir.

Di sisi klub, masa depannya juga terus menjadi bahan spekulasi. Apakah ia akan tetap di Liverpool hingga pensiun? Mencoba tantangan baru di Eropa? Atau mungkin pindah ke liga yang menawarkan uang besar?

Terlepas dari ke mana langkahnya selanjutnya, warisan Mohamed Salah sudah aman:

Ia adalah pesepak bola Mesir terbaik sepanjang masa. Ia adalah legenda Liverpool. Ia adalah ikon Afrika. Ia adalah inspirasi dunia.


Dari Jalanan Nagrig ke Panggung Dunia

Kisah Mohamed Salah bukan sekadar cerita sukses atletik. Ini adalah kisah tentang determinasi, pengorbanan, disiplin, dan keberanian anak desa yang menantang dunia.

Salah memulai dari:

  • Desa kecil tanpa fasilitas
  • Perjalanan 10 jam pulang-pergi untuk latihan
  • Lapangan tanah dan bus panas yang sempit
  • Jam-jam panjang tanpa tidur demi mimpi

Namun ia bangkit, melawan segala keterbatasan, mengalahkan ratusan rintangan, dan menjelma menjadi simbol harapan global.

Di mana pun ia berada — di Anfield, di Cairo, atau di kampung kecil Nagrig — satu hal tetap sama:

Mohamed Salah adalah bukti bahwa mimpi tidak mengenal batas, dan kerja keras bisa membawa seseorang dari jalanan desa menuju panggung terbesar dunia.


SITUS PASANG BOLA TERPERCAYA CUMA DI HOLYWIN69

Lebih baru Lebih lama