Ketika Sir Jim Ratcliffe resmi membeli 27,7% saham Manchester United pada malam Natal 2023 senilai £1,25 miliar, hanya sedikit yang membayangkan bahwa kedatangannya akan memicu salah satu revolusi struktural terbesar dalam sejarah klub sepak bola Inggris. Perubahan radikal terjadi bukan hanya di pinggir lapangan, tetapi jauh lebih dalam — ke pusat operasi, manajemen, analitik data, dan bahkan kultur kerja klub.
Apa yang terjadi setelah itu bukan sekadar restrukturisasi. Itu adalah perombakan total. Sebuah reset besar-besaran untuk mengembalikan Manchester United ke statusnya sebagai klub terbesar di dunia — status yang banyak dianggap telah hilang setelah satu dekade penuh ketidakstabilan sejak era Sir Alex Ferguson.
Fase pertama dari revolusi ini sangat cepat, sangat mengejutkan, dan sangat menyakitkan: 450 karyawan kehilangan pekerjaan. Reforma manajemen terjadi hampir tanpa jeda. Tak butuh hitungan tahun — semuanya dilaksanakan dalam hitungan bulan.
BBC Sport kemudian menguraikan revolusi ini dari dekat — sebuah gambaran tentang bagaimana Ratcliffe mengubah Old Trafford dari dalam ke luar.
Ratcliffe: “Tanpa perubahan, klub ini bisa bangkrut sebelum Natal.”
Setelah mengakuisisi saham minoritas tetapi memiliki kendali penuh pada aspek olahraga, Ratcliffe segera menemukan masalah besar yang tersembunyi di balik megahnya nama Manchester United: kerugian finansial yang mengerikan.
Pada 30 Juni 2024, laporan keuangan klub menunjukkan kerugian mencapai £113,2 juta. Bagi Ratcliffe, ini adalah lampu merah besar.
“Jika tidak bertindak cepat, klub ini bisa bangkrut pada Natal,” ungkapnya pada Maret 2024.
Pernyataan itu bukan dramatisasi — itu adalah diagnosis brutal tentang bagaimana klub sebesar Manchester United telah dikelola selama bertahun-tahun.
Manchester United sudah lama dituding sebagai klub modern tetapi dengan birokrasi lamban, struktur organisasi gemuk, dan pengeluaran tidak efisien. Penurunan performa di lapangan memperparah keadaan.
Ratcliffe tahu: perubahan bukan lagi opsi — itu adalah kebutuhan mendesak.
Eksodus Besar: 450 Karyawan Dilepas dalam Waktu Singkat
Ketika tim INEOS mengevaluasi struktur internal, mereka menemukan sesuatu yang mengkhawatirkan: Manchester United adalah klub yang terlalu besar, terlalu lamban, dan terlalu banyak peran yang tidak diperlukan.
Mengapa eksodus besar terjadi?
Menurut sumber dekat manajemen, struktur kerja MU disebut “over-dimensioned” — terlalu besar untuk dapat beroperasi secara efisien. Banyak peran tumpang tindih, banyak jabatan tidak produktif, serta struktur yang secara finansial hanya bisa bertahan jika klub bermain di Liga Champions setiap musim.
Dengan performa yang fluktuatif dan beberapa musim absen dari kompetisi elit Eropa, tekanan finansial tidak bisa lagi ditoleransi.
Dua fase PHK besar
- Fase 1: Sekitar 250 karyawan dilepas hanya dalam beberapa bulan setelah Ratcliffe datang.
- Fase 2: Gelombang kedua memberhentikan sekitar 200 orang tambahan.
Totalnya lebih dari 450 orang. Keputusan ini mengejutkan organisasi, bahkan disebut sebagai salah satu periode paling traumatis di klub sejak Glazer mengambil alih pada 2005.
Dari tenaga medis, analis, ia sumber perekrutan, staf akademi, hingga media — hampir semua departemen tersentuh reformasi.
Namun Ratcliffe percaya: rasa sakit jangka pendek diperlukan untuk membangun pondasi kokoh jangka panjang.
Bagian dari Rencana Besar: Rebuild Total Manchester United
Setelah eksodus besar, dimulailah apa yang disebut manajemen sebagai tahap rekonstruksi. Fase ini melibatkan rekrutmen orang-orang yang benar-benar ahli, modern, dan relevan untuk kebutuhan sepak bola 2025.
Hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, lebih dari 19 tokoh senior baru masuk ke Old Trafford.
Beberapa posisi yang direstruktrisasi:
- CEO baru (Omar Berrada)
- Chief Business Officer
- Head of Data (eks Mercedes F1)
- Director of Recruitment
- Performance Director
- Head of Sports Medicine
- Physio baru
- Dokter tim pertama
- Performance Chef
- Media Director
- Academy Director
Nama-nama lama yang sudah sangat dikenal publik — dari eksekutif, staf medis, hingga wajah-wajah yang sering muncul dalam konferensi — banyak yang pergi.
Dua tokoh penting yang bertahan dari era sebelumnya hanyalah:
- Collette Roche – COO yang kini memimpin proyek stadion baru berkapasitas 100.000 kursi
- Martin Mosley – General Counsel
Keduanya dianggap penting sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan klub.
Revolusi Data: Dari “Abad Lalu” ke Top 4 Dunia
Dalam sebuah wawancara dengan United We Stand pada Desember 2024, Ratcliffe mengatakan bahwa pendekatan data Manchester United selama bertahun-tahun berada di “abad yang lalu”.
Untuk klub sekelas United, itu adalah tamparan keras.
Solusinya?
Membawa seseorang dari dunia yang paling maju dalam data — Formula 1.
Datanglah Michael Sansoni dari Mercedes F1 sebagai Director of Data.
F1 dikenal dengan teknologi ekstrem, AI, simulasi real time, dan analisis jutaan parameter setiap hari. Sansoni memindahkan pola pikir itu ke sepak bola.
Hasilnya?
Seorang sumber mengatakan bahwa kecepatan dan kecanggihan analitik United kini berada “di antara empat besar klub terbaik dunia”.
Tidak hanya digunakan untuk pertandingan, tetapi juga:
- perekrutan pemain
- program latihan
- pemulihan cedera
- identifikasi talenta akademi
Revolusi data ini adalah pondasi penting untuk membangun MU yang efisien dan kompetitif.
Rekrutmen Besar-besaran: 19 Tokoh Kunci Baru Masuk Old Trafford
Salah satu tanda paling nyata bahwa revolusi Sir Jim Ratcliffe bukan isapan jempol adalah jumlah tokoh senior baru yang bergabung ke Manchester United. Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, daftar rekrutan baru mencapai 19 orang — jumlah yang luar biasa untuk klub sepak bola.
Ini bukan sekadar pergantian posisi biasa. Ini adalah rekonstruksi struktur manajemen dari tingkat tertinggi. Setiap departemen inti mengalami penggantian figur penting, menandai perubahan arah yang drastis.
Siapa saja tokoh yang dibawa Ratcliffe?
Di antara nama-nama yang mencolok adalah:
- Omar Berrada – CEO baru, mantan petinggi Manchester City & Barcelona
- Marc Armstrong – Chief Business Officer, eks Paris Saint-Germain
- Sam Erith – Performance Director, pernah bekerja untuk City, Tottenham, FA
- Christopher Vivell – Director of Recruitment, eks Chelsea & Red Bull Group
- Michael Sansoni – Director of Data, eks Mercedes F1
- Roger Bell – CFO baru, sosok kepercayaan INEOS
- Kirstin Furber – People Director, eks Channel 4
Masuknya mereka bukan kebetulan, melainkan sebuah pesan jelas: Ratcliffe ingin MU menjadi organisasi elit dengan standar global, bukan hanya klub sepak bola.
Kekuatan yang Bertahan: Dua Tokoh Penting Era Lama
Menariknya, dari gelombang perubahan yang begitu besar, dua sosok era lama bertahan:
- Collette Roche – Chief Operating Officer
- Martin Mosley – General Counsel
Keduanya dianggap sangat penting dalam memberikan stabilitas dan pengetahuan historis. Mereka menjadi jembatan antara masa lalu yang penuh warisan dan masa depan yang ambisius.
Simak juga berita : Perjalanan Mohamed Salah dari Desa Nagrig hingga Ikon Sepak Bola Dunia: Kisah Lengkap Sang Egyptian King
Roche: Pemimpin di Balik Proyek Stadion Baru
Roche saat ini memimpin representasi klub dalam proyek raksasa: pembangunan stadion baru berkapasitas 100.000 kursi. Stadion ini digadang-gadang akan menjadi salah satu kompleks sepak bola terbesar dan tercanggih di dunia.
Peran INEOS: DNA Besi dalam Struktur Baru MU
INEOS adalah perusahaan kelas dunia yang bergerak di banyak sektor, mulai dari kimia, industri berat, hingga olahraga. Mereka memiliki tim balap sepeda, tim pelayaran, klub sepak bola seperti Nice, dan hubungan panjang dengan Mercedes F1.
Kini DNA INEOS mulai terlihat jelas di Manchester United:
- Keputusan cepat tanpa birokrasi berlapis
- Pemangkasan biaya besar-besaran
- Melibatkan pakar lintas industri
- Data dan AI sebagai fondasi
- Standardisasi proses dari level akademi hingga tim senior
Manchester United sedang bergerak menjadi organisasi olahraga modern berbasis data seperti F1 dan NFL. Ini adalah perubahan budaya yang sangat besar.
Kasus Dan Ashworth: Perekrutan Besar yang Berakhir Singkat
Salah satu episode paling kontroversial dalam revolusi ini adalah kisah Dan Ashworth. Ia adalah salah satu sosok paling dihormati dalam sepak bola Inggris, terkenal karena keberhasilannya di FA, Brighton, dan Newcastle.
United mengeluarkan biaya besar, sekitar £3 juta, untuk membelinya dari Newcastle. Namun hanya dalam lima bulan, Ashworth pergi.
Ada apa sebenarnya?
Sumber klub menegaskan bahwa kepergian Ashworth bukan semata-mata karena perbedaan soal pengganti Erik ten Hag. Namun, diketahui bahwa:
- Ada ketidaksepakatan tentang ruang lingkup pekerjaan
- Visi Ashworth tidak sepenuhnya sejalan dengan filosofi INEOS
- Hubungan kerja tidak berjalan harmonis
Pada akhirnya, perpisahan dianggap tak terhindarkan. MU kembali harus membayar sekitar £4 juta dalam bentuk kompensasi.
Meskipun pahit, kasus Ashworth menunjukkan bahwa Ratcliffe tidak takut mengambil keputusan besar — bahkan jika itu berarti memotong kerugian cepat.
Renovasi Carrington: £50 juta untuk Mengubah Kultur Latihan
Carrington yang dulu terkenal sebagai pusat latihan terbaik di Inggris kini dianggap tertinggal dari Manchester City, Liverpool, dan bahkan klub-klub Bundesliga. Ratcliffe memandang fasilitas latihan sebagai identitas profesionalitas.
Dengan biaya sekitar £50 juta, Carrington kini sedang dirombak total:
- Zona gym diperbesar
- Ruangan data dan analitik dibangun dari nol
- Dapur nutrisi atlet ditingkatkan
- Ruang medis dan pemulihan ditransformasi
- Area akademi disatukan dengan tim senior
Tujuannya jelas: menciptakan sistem terpadu dari akademi hingga tim utama — sesuatu yang selama bertahun-tahun nyaris hilang.
Apa Dampaknya ke Tim? Amorim, Ten Hag, dan Perubahan Filosofi
Dampak paling terlihat dari revolusi ini tentu terjadi di lapangan. Setelah musim 2023–24 yang penuh naik turun, Ratcliffe membuat keputusan besar:
Erik ten Hag digantikan oleh Ruben Amorim.
Amorim, pelatih brilian dari Sporting Lisbon, dikenal dengan taktik 3-4-3 modern dan gaya sepak bola intensitas tinggi. MU kemudian menginvestasikan lebih dari £450 juta untuk memperkuat skuad.
Dari sini dapat dilihat bahwa revolusi Ratcliffe bukan hanya struktur internal — tetapi sebuah transformasi total dari atas sampai bawah.
Dampak Finansial: Dari Kerugian Ratusan Juta ke Arah Profit
Ketika Ratcliffe masuk, Manchester United berada dalam kondisi finansial yang mengkhawatirkan. Kerugian mencapai £113,2 juta, dan klub berada pada titik di mana arus kas tidak stabil akibat kegagalan mencapai Liga Champions secara konsisten. Namun, setelah restrukturisasi drastis dan pemangkasan biaya besar-besaran, arah keuangan mulai berubah.
Pada laporan terbaru hingga 30 Juni 2025, kerugian MU turun menjadi £33 juta — penurunan signifikan yang dianggap sebagai langkah besar menuju profitabilitas.
Manajemen yakin bahwa dalam 1–2 tahun, Manchester United dapat kembali menjadi klub yang menghasilkan keuntungan, sesuatu yang tampak mustahil pada 2023.
“Sebuah klub sebesar Manchester United seharusnya tidak merugi. Itu bukan standar kami.” — Sir Jim Ratcliffe
Selain efisiensi internal, peningkatan performa di lapangan juga memengaruhi pemasukan. Program komersial mulai pulih, sponsor kembali aktif, dan daya tarik global klub kembali menguat.
Peran Keluarga Glazer: Masih Ada, Tapi Tak Seperti Dulu
Berbeda dengan apa yang diramalkan sebagian fans, keluarga Glazer tidak menghilang dari struktur klub. Mereka masih menjadi pemilik mayoritas dan mereka masih aktif serta terlibat dalam keputusan besar.
Namun, perubahan signifikan telah terjadi:
- Kontrol sepak bola 100% berada di tangan Ratcliffe dan INEOS
- Glazer berperan lebih sebagai pengawas finansial
- Keterlibatan mereka dalam urusan teknis hampir nol
Bagi banyak fans, ini adalah kompromi ideal: Glazer tidak pergi, tetapi mereka tidak lagi mengarah langsung pada keputusan sepak bola yang sebelumnya sering dikritik.
Pada akhirnya, era baru Manchester United kini berada di bawah komando Ratcliffe — secara visi, eksekusi, dan strategi jangka panjang.
Visi Jangka Panjang: Kembali Menjadi Penguasa Inggris dan Eropa
Kemenangan jangka pendek adalah bonus. Namun inti dari semua reformasi besar ini adalah: Manchester United ingin menjadi Manchester United yang dulu.
Visi jangka panjangnya jelas:
- Menjadi penantang gelar Premier League setiap musim
- Menjadi klub Inggris paling inovatif secara teknologi dan data
- Menjadi rumah bagi pemain-pemain muda terbaik dunia
- Memenangi Liga Champions kembali
Seorang tokoh dalam internal klub mengatakan:
"Jika Anda berada di Manchester United, pikiran Anda harus selalu: bagaimana memenangkan Premier League dan Liga Champions? Itu tekanan besar, tetapi juga kehormatan besar."
Tekanan itu bukan sekadar harapan fans. Itu adalah standar historis klub yang ingin dikembalikan Ratcliffe.
Lag Time: Hasil Tidak Akan Instan
Petinggi klub sadar bahwa semua revolusi ini tidak akan langsung terlihat dalam hitungan pekan atau bahkan bulan. Mereka menyebutnya sebagai lag time — masa transisi sebelum hasil nyata muncul.
Dalam manajemen modern, perubahan struktur, budaya, dan operasi membutuhkan waktu setidaknya dua hingga tiga tahun sebelum benar-benar menunjukkan hasil.
Seorang sumber di klub menggambarkan hal ini:
"Ada jeda antara ide dan hasil. Kita tidak bisa mengukur keberhasilan hari ini. Tetapi pondasinya sudah benar."
Itu sebabnya paramater utama bukan sekadar klasemen musim ini, melainkan bagaimana arah klub bergerak dibanding dua tahun lalu.
Target Musim Ini: Kembali ke Eropa — Level Apa Pun
Jangka pendek tetap penting. Salah satu target paling realistis musim ini adalah:
Mendapatkan tiket kompetisi Eropa — Liga Europa atau Liga Konferensi pun tidak masalah.
Namun, manajemen tidak menjadikan itu kegagalan atau keberhasilan absolut. Target sesungguhnya adalah fondasi jangka panjang:
- Stabilitas klub
- Perbaikan kultur
- Sistem perekrutan yang modern
- Struktur latihan yang efisien
- Identitas permainan yang jelas
Amorim diberi ruang, bukan tekanan instan. Itu adalah perbedaan besar dibanding era sebelumnya, di mana setiap manajer diberi waktu singkat dan ekspektasi berlebihan.
Apakah Reformasi Ini Akan Berhasil?
Tidak ada yang bisa memastikan. Reformasi organisasi sebesar Manchester United selalu membawa risiko besar. Tidak semua keputusan akan berhasil. Beberapa akan gagal, seperti kasus Dan Ashworth.
Namun, satu hal jelas: untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, Manchester United memiliki:
- visi yang jelas
- struktur yang modern
- kepemimpinan yang tegas
- investasi besar dan terarah
Ini berbeda dengan pendekatan “tambal sulam” yang terjadi selama bertahun-tahun.
Revolusi Ratcliffe bukan hanya upaya perbaikan — tetapi transformasi total, menyeluruh, dan berani.
Kesimpulan: Babak Baru Setan Merah Telah Dimulai
Manchester United kini berada di tengah era keemasan yang baru — atau setidaknya, era yang berusaha menuju keemasan.
Eksodus 450 karyawan, rekrutmen 19 tokoh senior, restrukturisasi data, pembangunan stadion megah, renovasi Carrington, perubahan filosofi sepak bola, efisiensi finansial, dan standar kerja baru menunjukkan bahwa klub ini tidak lagi berjalan dengan autopilot.
Sir Jim Ratcliffe telah menekan tombol reset pada klub yang selama bertahun-tahun terjebak nostalgia dan birokrasi.
Sekarang, fondasi itu sudah diletakkan. Jalan panjang menuju kejayaan telah dibuka.
Era baru Manchester United telah dimulai. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu lama — fans punya alasan untuk percaya.