Tim nasional Prancis kembali menunjukkan kedalaman skuad mereka setelah meraih kemenangan meyakinkan 3-1 atas Azerbaijan dalam laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2026. Pertandingan yang berlangsung dengan tensi ringan bagi Les Bleus—mengingat mereka telah memastikan posisi puncak Grup D—menjadi kesempatan bagi pelatih Didier Deschamps untuk merotasi skuad secara menyeluruh. Namun meskipun tampil dengan banyak pemain pelapis, Prancis tetap memperlihatkan kualitas dan konsistensi permainan yang sangat solid.
Kemenangan ini tidak hanya memastikan superioritas Prancis dalam grup tersebut, tetapi juga memberi panggung bagi sejumlah pemain yang ingin membuktikan diri layak dibawa ke putaran final Piala Dunia 2026 nanti. Banyak dari mereka mungkin belum mendapatkan kesempatan reguler bersama tim utama, namun pertandingan seperti ini memberikan gambaran jelas tentang kompetisi internal yang begitu ketat di tubuh Les Bleus.
Start Mengejutkan: Azerbaijan Tancap Gas di Menit Awal
Begitu peluit awal dibunyikan, tidak banyak yang mengira bahwa Azerbaijan akan menjadi tim yang membuka skor terlebih dahulu. Dengan cepat, mereka menunjukkan keberanian menekan lebih tinggi dan mencoba memanfaatkan momentum awal pertandingan. Pada menit ke-4, Azerbaijan berhasil mencuri bola di lini tengah melalui pergerakan cerdas Ceyhun Nuriyev.
Nuriyev melakukan putaran cepat untuk menghindari tekanan dari Khephren Thuram, kemudian mengirim umpan terobosan sempurna ke arah Rahman Dashdamirov. Tanpa ragu, Dashdamirov mengirim bola mendatar ke kotak penalti yang disambut dengan sangat baik oleh Ranat Dadashov. Sang penyerang menaklukkan kiper debutan Prancis, Lucas Chevalier, dengan tembakan sambil berlari yang sangat sulit dihentikan.
Gol cepat tersebut tidak hanya menjadi kejutan besar bagi publik, tetapi juga membuat Azerbaijan mencatat sejarah baru: gol pertama mereka ke gawang Prancis dalam pertandingan resmi tingkat internasional. Sebuah pencapaian yang tidak dapat dianggap remeh, mengingat kekuatan dan reputasi Prancis sebagai salah satu tim elite dunia.
Les Bleus Bangkit: Kombinasi Pemain Pelapis Mulai Temukan Irama
Setelah tertinggal, Prancis tidak panik. Meskipun skuad yang diturunkan sebagian besar terdiri dari pemain lapis kedua, kualitas mereka tetap terlihat. Christopher Nkunku mulai mengancam beberapa kali, sementara Jean-Philippe Mateta dan Maghnes Akliouche perlahan menemukan ritme permainan.
Pada menit ke-17, kebangkitan Prancis akhirnya membuahkan gol. Sebuah serangan terstruktur dari sisi kanan membuat Malo Gusto, yang tampil sangat percaya diri dalam pertandingan ini, mengirimkan umpan silang akurat. Mateta, yang dikenal dengan kemampuan duel udara, melakukan lompatan sempurna dan menyundul bola ke sudut gawang tanpa mampu dijangkau kiper Shakhruddin Magomedaliyev.
Rekomendasi Situs Taruhan Bola Sbobet88 asia
Gol penyama kedudukan ini langsung mengubah tempo permainan. Prancis menjadi lebih dominan dan mengontrol bola, sementara Azerbaijan mulai menurunkan intensitas tekanan mereka.
Gol Kedua: Akliouche Cetak Gol Perdana untuk Timnas
Memasuki menit ke-30, Prancis mencapai momentum terbaik mereka. Khephren Thuram, yang sebelumnya kecolongan pada gol pertama, membalas dengan kontribusi signifikan dalam proses gol kedua. Ia mengirimkan bola terukur ke area berbahaya, yang kemudian diterima oleh Gusto sebelum diumpan silang ke arah kotak penalti.
Di sana, Maghnes Akliouche berdiri dalam posisi ideal untuk melepaskan tembakan pertama. Bola menghujam ke dalam gawang dan ia mencatat gol perdana dalam karier internasionalnya. Sebuah momen penting bagi sang gelandang muda yang tampil impresif sepanjang pertandingan.
Seluruh tribun penonton terlihat memberikan tepuk tangan panjang—karena ini bukan sekadar gol, tetapi juga sebuah pernyataan bahwa generasi baru pemain Prancis siap untuk mengambil alih estafet.
Gusto Kembali Berperan, Prancis Perbesar Keunggulan Lewat Gol Bunuh Diri
Pada menit ke-41, Prancis kembali menciptakan peluang emas. Hugo Ekitike sempat mencetak gol, namun dianulir setelah wasit melihat adanya handball dalam prosesnya. Tidak berselang lama, peluang lain kembali hadir ketika Thuram mengirimkan bola yang tidak dapat disapu dengan bersih oleh Magomedaliyev, yang tampak mengalami cedera hamstring.
Bola yang memantul ke arah gawang akhirnya berbelok masuk setelah mengenai lutut Magomedaliyev sendiri, sehingga tercatat sebagai gol bunuh diri. Prancis pun unggul 3-1 dan semakin nyaman mengendalikan permainan.
Magomedaliyev akhirnya ditarik keluar dan digantikan oleh Aydin Bayramov. Namun masuknya Bayramov tidak mengubah jalannya pertandingan. Prancis tetap mendominasi, sementara Azerbaijan mulai kesulitan mempertahankan konsistensi permainan mereka.
Babak Kedua: Prancis Menurunkan Tempo, Azerbaijan Sulit Mengembangkan Permainan
Memasuki babak kedua, Deschamps tampaknya ingin menjaga kebugaran pemain. Alih-alih meningkatkan intensitas, Les Bleus bermain lebih sabar dengan mengandalkan penguasaan bola. Azerbaijan mencoba beberapa kali memanfaatkan kesalahan, namun lini pertahanan Prancis terlihat semakin solid.
Nkunku memiliki beberapa peluang emas, tetapi penyelesaiannya belum maksimal. Ekitike juga mendapat kesempatan, namun gagal memanfaatkannya dengan baik. Sementara itu, Warren Zaire-Emery ikut mengancam dengan tendangan jarak jauh yang sempat dibelokkan Mustafazade.
Meski serangan Prancis sedikit menurun, kendali permainan keseluruhan tetap berada dalam genggaman mereka. Azerbaijan terlihat kehabisan ide dan hanya berharap mencuri peluang dari serangan balik, namun pertahanan Prancis terlalu disiplin untuk ditembus.
Momentum Positif Menyongsong Piala Dunia 2026
Pertandingan ini lebih dari sekadar laga formalitas bagi Deschamps. Dengan menurunkan skuad rotasi, ia mendapatkan gambaran jelas mengenai kemampuan para pemain yang jarang tampil. Banyak dari mereka tampil menjanjikan, terutama Malo Gusto, Mateta, dan Akliouche.
Sementara itu, Chevalier memang kebobolan pada debutnya, tetapi penampilannya setelah gol awal cukup stabil dan menunjukkan potensi untuk menjadi bagian penting dari generasi berikutnya.
Prancis mengakhiri kualifikasi dengan lima kemenangan dari enam pertandingan, menunjukkan konsistensi luar biasa meski banyak melakukan perubahan skuad. Dominasi mereka di Grup D tidak hanya mencerminkan kualitas pemain, tetapi juga kedalaman strategi dan fleksibilitas taktik yang diterapkan Deschamps.
Azerbaijan Tetap Mencatat Sejarah
Meski kalah, Azerbaijan tetap membawa pulang momen berharga berupa gol pertama mereka ke gawang Prancis. Bagi tim yang sedang berkembang dan berupaya meningkatkan kualitas sepak bola mereka, pencapaian tersebut menjadi modal penting untuk laga-laga mendatang.
Beberapa pemain muda Azerbaijan menunjukkan potensi, terutama Dashdamirov dan Nuriyev yang aktif menginisiasi serangan. Jika mereka mampu menjaga konsistensi permainan, bukan tidak mungkin Azerbaijan dapat berkembang lebih jauh di tahun-tahun mendatang.
Kesimpulan: Prancis Tuntaskan Tugas dengan Sempurna
Pertandingan ini memperlihatkan banyak aspek yang positif bagi Prancis. Mereka menunjukkan mental kuat setelah tertinggal cepat, memperlihatkan kualitas individu dan kolektif, serta memberikan kesempatan berharga bagi pemain muda untuk unjuk kemampuan.
Dengan kemenangan ini, Prancis menutup babak kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan sangat meyakinkan. Kini, fokus mereka beralih ke persiapan menuju turnamen akbar tersebut di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Dengan kedalaman skuad yang begitu luar biasa, Les Bleus sekali lagi akan menjadi salah satu kandidat utama juara.
Azerbaijan mungkin harus puas berada di dasar klasemen, namun tetap pulang dengan kepala tegak berkat gol bersejarah mereka. Kedua tim meninggalkan pertandingan ini dengan pelajaran yang berharga, tetapi jelas Prancis yang paling diuntungkan dan semakin percaya diri menyongsong masa depan.