Ketika Strategi Bertemu Ego: Xabi Alonso dan Dinamika Ruang Ganti Real Madrid

Kylian Mbappe dari Real Madrid berjabat tangan dengan pelatih Xabi Alonso saat meninggalkan lapangan dalam pertandingan La Liga melawan Barcelona 26 Oktober 2025

Mengelola Real Madrid bukan hanya soal formasi dan kemenangan. Di balik gemerlap Santiago Bernabeu, Xabi Alonso kini menghadapi ujian yang lebih dalam: mengatur ruang ganti yang dipenuhi bintang dengan ego besar dan ekspektasi tinggi.

Laporan terbaru mengungkap adanya ketegangan antara Alonso dan beberapa pemain inti. Pendekatan manajerialnya yang tegas dan lebih berjarak dibandingkan era Carlo Ancelotti disebut membuat sejumlah pemain merasa kurang nyaman. Ketegangan ini mencuat setelah insiden Vinicius Junior di laga El Clasico, di mana sang winger menunjukkan ketidakpuasan saat diganti dan menyampaikan permintaan maaf tanpa menyebut nama sang pelatih.

Gesekan di Ruang Ganti: Vinicius dan Para Senior

Reaksi Vinicius saat ditarik keluar oleh Alonso menjadi simbol ketegangan emosional. Meski kemudian meminta maaf kepada rekan-rekannya di pusat latihan, absennya nama Alonso dalam pernyataan publiknya memunculkan spekulasi tentang jarak personal antara keduanya.

Tak hanya Vinicius, beberapa pemain senior juga dikabarkan merasa peran mereka tak lagi dimaksimalkan dalam sistem baru Alonso. Gaya permainan yang lebih struktural dan disiplin membuat ruang ganti kembali menjadi arena negosiasi pengaruh, seperti yang kerap terjadi dalam sejarah klub.

Namun, Alonso juga mendapat dukungan dari pemain-pemain muda dan profesional yang menghargai pendekatan taktisnya. Ketegangan yang ada sejauh ini masih dalam batas yang bisa dikendalikan.

Sejarah yang Terulang: Madrid dan Politik Ruang Ganti

Real Madrid adalah klub yang lebih sering dikendalikan oleh bintang lapangan ketimbang pelatih. Dari era Alfredo Di Stefano hingga Rafael Benitez, pelatih yang terlalu menekankan disiplin sering kali berakhir singkat.

Benitez gagal membangun chemistry dengan Cristiano Ronaldo dan Luka Modric, sementara Jose Mourinho bersitegang dengan Iker Casillas dan Sergio Ramos. Sebaliknya, pelatih seperti Zinedine Zidane dan Carlo Ancelotti sukses karena mengutamakan pendekatan interpersonal dan fleksibilitas taktik.

Alonso datang dengan pemahaman mendalam tentang budaya klub, namun juga membawa visi baru yang lebih sistematis. Di sinilah tantangan terbesarnya muncul.

Transisi Generasi dan Kepemimpinan Baru

Madrid kini memasuki fase transisi. Toni Kroos pensiun, Luka Modric dan Lucas Vazquez telah pergi. Figur-figur senior yang selama ini menjaga stabilitas ruang ganti tak lagi hadir.

Alonso mencoba membangun kembali struktur disiplin dan standar kerja, namun perubahan seperti ini membutuhkan komunikasi yang cermat. Tanpa itu, resistensi bisa tumbuh dari dalam.

Florentino Perez mendukung manajer yang berani menjaga kendali, namun dukungan itu selalu bergantung pada hasil. Dan sejauh ini, Alonso masih mendapat angin segar dari performa tim.

Baca juga : Arne Slot Serukan Sambutan Hangat untuk Trent Alexander-Arnold di Anfield

Lebih baru Lebih lama