Drama Besar di San Siro yang Mengguncang Serie A
Pertandingan AC Milan vs Lazio pada pekan ke-13 Serie A 2025/2026 di San Siro menjadi salah satu laga yang akan dikenang dalam sejarah kompetisi. Bukan hanya karena gol tunggal Rafael Leao yang memastikan kemenangan 1-0 untuk Rossoneri, tetapi juga karena drama besar yang terjadi menjelang akhir laga — drama yang melibatkan VAR, protes keras dari pihak Lazio, kericuhan di area teknis, hingga kartu merah yang mencoreng pertandingan tersebut.
Atmosfer San Siro malam itu sangat tegang. Milan yang sedang berjuang mempertahankan posisi di papan atas klasemen membutuhkan kemenangan untuk mengejar ketertinggalan dari Inter dan Juventus. Sementara Lazio sedang berusaha bangkit dari performa inkonsisten di awal musim. Dengan taruhan besar seperti itu, wajar jika tensi pertandingan memanas sejak menit pertama.
Gol Leao yang tercipta di menit ke-51 sebenarnya cukup untuk membawa Milan meraih kemenangan tipis. Namun justru setelah itu laga berubah menjadi ajang ketegangan emosional. Lazio mulai meningkatkan tekanan, sementara Milan mencoba mempertahankan keunggulan. Puncaknya terjadi pada masa injury time ketika Alessio Romagnoli melepaskan tembakan voli keras yang mengenai lengan Strahinja Pavlovic di area yang sangat dekat dengan gawang.
Wasit Giuseppe Collu pada awalnya membiarkan pertandingan berjalan, menganggap posisi lengan Pavlovic berada dalam postur natural. Namun situasi berubah ketika VAR meminta On-Field Review (OFR). Saat Collu berjalan menuju monitor, bangku cadangan kedua tim tiba-tiba meledak dalam protes keras. Keributan pun tak terhindarkan hingga membuat Massimiliano Allegri dan asisten Lazio Marco Ianni diusir keluar lapangan.
Drama besar ini menjadi titik awal dari kekacauan yang membuat seluruh stadion seakan berada dalam tekanan luar biasa.
Momen Kontroversi – Saat VAR Menjadi Pemicu Kekacauan
Insiden yang melibatkan Pavlovic dan Romagnoli menjadi titik krusial yang memicu kekacauan. Bola hasil tembakan voli Romagnoli mengenai lengan Pavlovic yang tengah merapatkan badan ke pemain lain. Pada pandangan pertama, keputusan wasit untuk melanjutkan permainan terlihat tepat. Namun VAR melihat kemungkinan pelanggaran yang berbeda dan merekomendasikan OFR.
Justru saat proses itulah kekacauan dimulai. Allegri, yang kini menangani Milan, merasa timnya layak mendapatkan penalti. Sementara pihak Lazio menganggap tidak ada alasan untuk mengubah keputusan awal. Protes keras bermunculan dari kedua kubu, membuat suasana di pinggir lapangan memanas dalam hitungan detik.
Media Italia menyoroti bagaimana keputusan VAR kali ini bukan sekadar teknis, tetapi juga emosional. Ketika Collu mendekati monitor, staf teknis dan ofisial kedua tim saling berhadapan, memicu adu mulut hingga bentrokan fisik kecil. Situasi ini memaksa ofisial keempat dan petugas keamanan turun tangan untuk menenangkan keadaan.
Kericuhan ini mencerminkan tingginya tensi pertandingan. Allegri yang dikenal emosional tidak dapat menahan amarahnya, begitu pula Marco Ianni yang beberapa kali terlibat kontroversi saat mendampingi tim. Akhirnya Collu memutuskan untuk memberikan kartu merah kepada keduanya sebelum memulai peninjauan ulang. Keputusan tegas itu mendapat reaksi campuran dari para pemain dan suporter.
Saat Collu akhirnya melihat tayangan ulang, teknologi komunikasi terbaru digunakan — ia menjelaskan keputusan secara real time. Hal ini sangat jarang terjadi di Serie A, dan momen tersebut langsung viral di berbagai platform.
Menurut penjelasannya: “Lengan pemain Milan bernomor 31 memang berada di luar siluet, tetapi sebelumnya ia dilanggar oleh Marusic dari Lazio.” Karena ada pelanggaran lebih dulu, penalti dibatalkan. Keputusan ini menimbulkan reaksi beragam, terutama dari para pemain Lazio yang merasa dirugikan.
Bagaimana Teknologi VAR Mempengaruhi Jalannya Pertandingan
VAR sebenarnya hadir untuk membuat sepak bola lebih adil. Namun penerapan yang salah atau tidak konsisten sering membuat VAR justru menjadi sumber kontroversi. Dalam kasus Milan vs Lazio, VAR memberikan rekomendasi OFR karena bola mengenai lengan Pavlovic. Tetapi OFR bukanlah alat yang hanya mengandalkan visual — wasit tetap memiliki kewenangan final.
Dalam momen ini, Collu menunjukkan ketegasan dan profesionalisme. Keputusan untuk memeriksa ulang bukan berarti ia salah. VAR bertugas membantu meminimalisir kesalahan, tetapi tetap memberi keleluasaan bagi wasit untuk menilai semua aspek, termasuk konteks gerakan tubuh dan potensi pelanggaran sebelumnya.
Pakar Sky Sport Italia memuji keputusan Collu yang dianggap sangat berani. “Ia dapat saja memberikan penalti karena menyentuh tangan. Tetapi ia memilih melihat seluruh rangkaian kejadian, termasuk kontak sebelum insiden, sehingga keputusan akhir menjadi adil.” Komentar ini memperlihatkan betapa sulitnya tugas seorang wasit di era modern.
Namun demikian, publik tetap terbagi. Sebagian merasa penalti harusnya diberikan, sebagian lain menganggap keputusan Collu sudah tepat. Dalam sepak bola, sentuhan tangan tidak selalu berdampak pada penalti, terutama jika terjadi kontak sebelumnya yang memengaruhi postur tubuh pemain.
Pertandingan ini menjadi bukti bahwa VAR dapat menciptakan keadilan, namun juga dapat menciptakan drama besar ketika emosi pemain dan pelatih terlibat. Penggunaan teknologi memang membantu, tetapi keputusan akhir tetap ada pada interpretasi manusia — dan itulah yang membuat sepak bola tetap penuh kejutan.
Dampak Kekacauan Bagi Milan, Lazio, dan Serie A
Kekacauan di San Siro tidak hanya berdampak pada hasil pertandingan, tetapi juga pada reputasi kedua tim dan citra Serie A secara keseluruhan. AC Milan berhasil meraih tiga poin penting, tetapi drama panjang setelahnya membuat kemenangan itu terasa pahit. Sementara Lazio tidak hanya kehilangan poin, tetapi juga sejumlah personel penting yang mendapatkan sanksi karena protes keras.
Liga Italia sering dikritik karena kontroversi wasit. Namun insiden kali ini justru menunjukkan kedua sisi mata uang: bagaimana VAR bisa membantu, tetapi juga memunculkan adrenalin besar yang tak terkendali. Pihak Serie A dipastikan akan meninjau ulang prosedur komunikasi di area teknis agar insiden seperti ini tidak terulang.
Dari sisi taktik, kemenangan AC Milan memberi mereka dorongan besar untuk terus bersaing di papan atas. Namun Allegri harus menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa mendampingi tim di laga berikutnya akibat kartu merah. Begitu pula Lazio yang kehilangan Ianni dan berpotensi terkena denda tambahan.
Para pemain Lazio sendiri mengaku frustrasi. Namun sebagian dari mereka tetap mengapresiasi keberanian wasit Collu dalam memberikan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa meski emosi meledak di lapangan, para pemain tetap memiliki kedewasaan saat menilai keputusan akhir.
Analisis Mendalam – Mengapa Insiden Ini Menjadi Sorotan Besar?
Ada beberapa alasan mengapa insiden ini menjadi sorotan besar di Italia dan Eropa. Pertama, karena melibatkan dua klub besar yang memiliki sejarah rivalitas kuat. Kedua, karena teknologi baru yang memungkinkan wasit menjelaskan keputusan secara langsung membuat momen ini terlihat sangat dramatis. Ketiga, karena kartu merah yang diberikan kepada dua staf penting memperlihatkan betapa tegangnya suasana di pinggir lapangan.
Jika dilihat dari perspektif psikologis, tekanan yang dirasakan oleh kedua tim sangat besar. Milan ingin mempertahankan momentum positif, sementara Lazio sedang mencari kestabilan. Ketika kedua kubu merasa dirugikan, emosi mereka dapat meledak dengan mudah. Itulah yang terjadi di San Siro.
Selain itu, VAR memang sudah lama menjadi perdebatan di dunia sepak bola. Beberapa menyebutnya sebagai penyelamat keadilan, sementara sebagian lain menyebutnya sebagai penggangu ritme permainan. Insiden ini menunjukkan bahwa masalah bukan pada teknologinya, melainkan pada interpretasi dan komunikasi.
Kesimpulan – Kekacauan yang Akan Selalu Dikenang
Pertandingan AC Milan vs Lazio pekan ke-13 Serie A ini akan dikenang sebagai salah satu laga paling dramatis musim ini. Gol tunggal Leao, insiden handball Pavlovic, OFR kontroversial, kartu merah Allegri dan Ianni, serta penjelasan wasit Collu di tengah kericuhan membuat laga ini penuh warna.
Drama seperti ini menunjukkan mengapa sepak bola begitu dicintai. Bukan hanya karena gol dan strategi, tetapi karena emosi, ketegangan, dan keputusan yang membuat setiap pertandingan menjadi cerita tak terlupakan. Meski penuh kontroversi, laga ini menunjukkan bahwa dengan teknologi dan ketegasan wasit, keadilan tetap bisa ditegakkan.
Baik Milan maupun Lazio kini harus melanjutkan perjalanan mereka di Serie A. Namun insiden ini akan menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak — dari wasit, pelatih, pemain, hingga federasi — agar kejadian serupa dapat dikelola dengan lebih baik di masa depan.
Nikmati Prediksi Bola Harian & Promo Spesial Liga Italia Hanya di Agen Sbobet Nomor 1 Indonesia!