Debut Buruk Graham Potter: Swedia Dipermalukan Swiss 4-1 di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Swiss mengalahkan Swedia 4-1 di kualifikasi Piala Dunia 2026

Debut Graham Potter sebagai pelatih kepala Timnas Swedia harus berakhir dengan kekecewaan besar setelah Blågult dihancurkan Swiss dengan skor telak 4-1 pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona UEFA. Hasil ini tidak hanya memperpanjang tren negatif Swedia di Grup B, tetapi juga menegaskan dominasi Swiss yang kini berada di ambang memastikan tiket ke putaran final untuk keenam kalinya secara beruntun.

Bagi Swiss, kemenangan ini merupakan kelanjutan dari performa konsisten mereka sepanjang fase kualifikasi. Sementara itu, bagi Swedia, kekalahan tersebut menjadi pukulan telak yang mempertegas betapa beratnya pekerjaan Potter dalam memperbaiki fondasi tim yang tengah terpuruk.


Swiss Memulai dengan Intensitas Tinggi, Embolo Kembali Jadi Ancaman

Swiss mengawali pertandingan dengan pendekatan agresif yang memaksa Swedia langsung berada dalam tekanan. Tuan rumah sudah memberikan sinyal bahaya sejak menit-menit awal, terutama melalui kombinasi Dan Ndoye dan Breel Embolo yang menjadi sumber ancaman utama.

Embolo, penyerang yang selalu tampil garang di kandang sendiri pada fase kualifikasi ini, hanya butuh 12 menit untuk membuka keunggulan. Ndoye yang tampil impresif berhasil mengecoh Daniel Svensson di sisi kanan sebelum melepaskan umpan tarik sempurna. Embolo, dengan insting predatornya, menyambar bola dan mencetak gol dari jarak dekat untuk membawa Swiss memimpin 1-0.

Gol ini memperpanjang catatan menarik: semua gol Embolo di siklus kualifikasi ini sebelum laga tersebut tercipta pada pertandingan kandang. Dan malam itu, di depan publik Genève, ia kembali menjadi pembeda sejak awal.

Tekanan Swiss setelah gol pembuka tidak menurun. Mereka tampil dominan, mengontrol tempo, dan memaksa Swedia sering turun bertahan. Namun, justru ketika Swiss terlihat nyaman, Swedia menemukan momen kejutan.


Gol Tiba-Tiba dari Nygren: Harapan Singkat bagi Swedia

Meski tertekan, Swedia mampu menyamakan kedudukan pada menit ke-33 melalui skema serangan balik cepat yang berasal dari sisi kiri. Anthony Elanga menunjukkan kecepatan dan ketajamannya untuk menembus pertahanan Swiss sebelum mengirimkan umpan silang keras ke dalam kotak penalti.

Benjamin Nygren, pemain Celtic yang menjalani musim impresif, menyambar umpan tersebut dengan tendangan voli yang membuat Gregor Kobel tak berkutik. Gol itu tidak hanya membuat skor menjadi 1-1, tetapi juga menjadi gol pertama Swedia di era Graham Potter — sebuah harapan kecil di tengah tekanan Swiss.

Momentum Swedia meningkat drastis setelah gol tersebut. Nygren bahkan mendapat dua peluang tambahan dari skema serupa, namun penyelesaiannya belum mampu mengubah skor. Mattias Svanberg juga nyaris membawa Swedia unggul melalui sepakan jarak dekat, tetapi Kobel melakukan penyelamatan krusial yang membuat Swiss terselamatkan hingga jeda.

Bagi Potter, 15 menit terakhir babak pertama itu merupakan bayangan dari potensi permainan Swedia yang ingin ia bangun — transisi cepat, agresivitas sayap, dan efektivitas counter-pressing. Namun, sebuah kesalahan fatal di awal babak kedua mengubah arah pertandingan sepenuhnya.


Awal Babak Kedua Jadi Bencana: Penalti Xhaka Menghancurkan Momentum

Dalam pertandingan bertempo tinggi seperti ini, kesalahan kecil bisa menjadi titik balik besar. Itulah yang terjadi pada menit ke-59 ketika Gabriel Gudmundsson, yang baru saja masuk sebagai pemain pengganti, melakukan backpass ceroboh yang membuat Embolo bebas berlari menuju gawang.

Kiper Viktor Johansson terpaksa keluar dari sarangnya dan melanggar Embolo. Setelah tinjauan VAR yang memakan waktu cukup lama, penalti diberikan. Granit Xhaka, sang kapten, maju sebagai algojo dan mengeksekusi dengan penuh percaya diri ke sudut kiri bawah, membuat Swiss kembali unggul 2-1.

Gol ini mengubah momentum pertandingan secara drastis. Jika sebelum penalti Swedia tampak mampu menciptakan perlawanan berarti, setelahnya mereka kembali tampil goyah dan kehilangan disiplin dalam bertahan.


Swiss Mengambil Alih Kendali Total

Setelah unggul, Swiss bermain lebih tenang dan mulai mengalirkan bola dengan efisiensi yang menjadi ciri khas mereka di bawah pelatih Murat Yakin. Embolo kembali mendapat peluang emas setelah sebuah kesalahan umpan dari Isak Hien, tetapi Johansson melakukan penyelamatan penting meskipun sempat terpeleset.

Namun, kegigihan Swiss akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-75 melalui Dan Ndoye yang tampil luar biasa sepanjang laga. Ruben Vargas yang masuk dari bangku cadangan mengirimkan umpan terobosan presisi ke dalam kotak penalti, diselesaikan Ndoye dengan tembakan mendatar ke pojok jauh. Johansson sempat menyentuh bola, tetapi tidak cukup kuat untuk mencegah gol.

Dengan skor 3-1, Swedia tampak kehilangan arah, sementara Swiss justru semakin percaya diri. Dan sebelum peluit akhir dibunyikan, Johan Manzambi memperbesar skor menjadi 4-1 dengan sontekan ke tiang dekat.

Swiss menutup laga dengan empat gol dari empat pemain berbeda — gambaran dari kedalaman skuad, variasi serangan, dan efisiensi garis depan mereka.


Analisis: Apa yang Salah pada Laga Debut Graham Potter?

Menerima kekalahan besar pada laga debut bukanlah skenario yang diinginkan Potter — tetapi kenyataannya, Swedia memperlihatkan banyak kelemahan fundamental yang perlu diperbaiki.

Beberapa temuan analitis dari pertandingan ini:

  • Build-up Swedia rapuh: tekanan Swiss membuat mereka kehilangan bola di area berbahaya.
  • Koordinasi lini belakang buruk: dua gol Swiss lahir dari kesalahan garis pertahanan.
  • Minim koneksi antar lini: transisi bertahan lambat sehingga Swiss mudah menyerang balik.
  • Hanya mengandalkan Elanga–Nygren: kreativitas ofensif Swedia sangat terbatas.
  • Pengaruh mentalitas: setelah kebobolan 2-1, Swedia terlihat runtuh secara psikologis.

Namun, ada beberapa hal positif:

  • Elanga tampil sangat eksplosif.
  • Nygren menunjukkan ketajaman dan chemistry yang baik dengan Elanga.
  • Swedia mampu menciptakan “periode emas” selama 15 menit di babak pertama.

Potter membuka laga debutnya dengan potensi, tetapi menutupnya dengan kekacauan. Ia kini menghadapi tugas berat untuk membangun identitas Swedia dari nol.


Swiss Tampil Matang: Gambaran Tim yang Siap untuk Piala Dunia

Pemain Swiss merayakan gol di laga kualifikasi Piala Dunia

Kemenangan 4-1 atas Swedia semakin mempertegas identitas Swiss sebagai salah satu tim Eropa yang paling konsisten dalam satu dekade terakhir. Tanpa sosok bintang besar seperti generasi Spanyol atau Prancis, Swiss tetap tampil solid, terstruktur, dan efisien. Mereka bukan tim penuh flair atau pemain glamor, tetapi mereka adalah mesin sepak bola modern yang sangat disiplin.

Simak juga : Khalid Boulahrouz Yakini Micky van de Ven Akan Jadi Suksesor Virgil van Dijk di Timnas Belanda dan Liverpool

Murat Yakin, pelatih yang kerap diremehkan, kembali menunjukkan kapasitasnya dalam membaca permainan. Ia tidak panik meski momentum Swedia sempat berubah pada akhir babak pertama. Justru setelah jeda, Swiss kembali menunjukkan kemapanan organisasi mereka — sebuah ciri khas yang sudah terlihat sejak edisi Piala Dunia 2014.

Melawan Swedia, Swiss menunjukkan tiga keunggulan taktis yang membuat mereka hampir pasti lolos ke Piala Dunia 2026:

  • Efektivitas penyelesaian akhir: 4 gol dari 6 peluang besar.
  • Variasi serangan: kombinasi Ndoye, Vargas, Embolo, dan Zuber sangat cair.
  • Kesiapan mental: tidak goyah meski kebobolan gol penyama dari Swedia.

Sangat jelas bahwa Swiss bukan hanya unggul secara teknik, tetapi juga secara psikologis. Mereka sudah terbiasa bermain di turnamen besar, dan pengalaman itulah yang membedakan mereka dari tim seperti Swedia yang sedang dalam fase membangun ulang.


Analisis: Breel Embolo & Dan Ndoye, Poros Serangan yang Mematikan

Dua pemain Swiss paling menonjol pada laga ini adalah Breel Embolo dan Dan Ndoye. Keduanya menunjukkan tingkat koneksi dan pemahaman permainan yang sulit dihentikan oleh pertahanan Swedia.

1. Breel Embolo

Embolo selalu menjadi pemain yang tidak pernah jauh dari momen penting Swiss. Di laga ini, ia:

  • Mencetak gol pembuka
  • Memaksa penalti untuk gol kedua
  • Menghasilkan dua peluang lain

Statistiknya dalam empat pertandingan terakhir di babak kualifikasi:

  • 4 gol
  • 2 penalti yang ia menangkan
  • 7 tembakan tepat sasaran

Badan kuat, akselerasi tajam, dan finishing yang semakin matang menjadikan Embolo ancaman utama Swiss di turnamen besar mendatang.

2. Dan Ndoye

Jika Embolo adalah “mesin gol”, maka Ndoye adalah “pemecah struktur”. Ia berkali-kali merepotkan Daniel Svensson dan lini pertahanan Swedia dengan dribel eksplosif serta pergerakan tanpa bola yang cerdas.

Golnya di menit 75 memperlihatkan ketenangan luar biasa:

  • Kontrol bola sangat rapi
  • Penempatan tembakan ke sisi jauh
  • Timing berlari yang tepat ketika menerima umpan Vargas

Ndoye menunjukkan dirinya sebagai salah satu winger paling berkembang di sepak bola Eropa, terutama dalam sistem Swiss yang mengandalkan transisi cepat.


Graham Potter: Dari Harapan Baru Menjadi Kenyataan Pahit

Ketika Graham Potter diumumkan sebagai pelatih baru Swedia, banyak yang optimis. Reputasinya di Brighton sebagai arsitek sepak bola atraktif membuat publik percaya bahwa Swedia akan berevolusi ke era baru yang lebih progresif.

Namun pertandingan debut ini memperlihatkan bahwa Potter menghadapi pekerjaan jauh lebih besar dari sekadar mengganti gaya bermain. Di laga kontra Swiss, beberapa kelemahan mendasar Swedia terlihat sangat jelas:

1. Kualitas Build-Up Masih Minim

Potter ingin Swedia bermain dari belakang, tetapi:

  • Gudmundsson melakukan backpass fatal
  • Hien dua kali salah mengirimkan umpan
  • Pressing Swiss membuat Swedia kehilangan bola hingga 14 kali di area sendiri

Potter membutuhkan pemain belakang yang lebih nyaman dengan bola agar pendekatan ini bisa berhasil.

2. Minim Kreativitas di Tengah

Swedia sangat bergantung pada Anthony Elanga sebagai outlet serangan. Ketika Swiss mengunci ruang Elanga, Swedia kehilangan jalur serangan.

Tidak ada penghubung yang apik antara lini tengah dan depan:

  • Svanberg terlalu defensif
  • Olsson kurang mobile
  • Nygren dan Elanga terlalu berjauhan saat menerima bola

Ini membuat Swedia terlihat seperti tim dengan satu ide serangan tunggal.

3. Pertahanan yang Terlalu Pasif

Walau Potter ingin menerapkan high press, para pemain bertahan tidak bergerak kompak. Hasilnya:

  • Swiss menemukan ruang dengan mudah
  • Embolo dan Ndoye sering berada di area bebas
  • Xhaka mampu mengatur ritme tanpa tekanan berarti

Potter masih membutuhkan waktu untuk menyinkronkan pressing Swedia agar sesuai standard sepak bola modern.


Statistik Pertandingan: Swiss vs Swedia

Data pertandingan memperlihatkan dominasi Swiss hampir di semua aspek:

  • Penguasaan bola: Swiss 57% – Swedia 43%
  • Tembakan tepat sasaran: Swiss 8 – Swedia 4
  • Expected Goals (xG): Swiss 3.49 – Swedia 1.12
  • Kesalahan yang berujung peluang: Swedia 3 – Swiss 0
  • Penetrasi sepertiga akhir: Swiss 29 – Swedia 17

Statistik tersebut menunjukkan bahwa kekalahan Swedia bukan hanya karena kesalahan individu — tetapi juga karena Swiss benar-benar unggul dalam struktur permainan.


Dampak Klasemen: Swiss di Atas Angin, Swedia di Titik Terendah

Kemenangan ini membuat Swiss hanya membutuhkan satu poin dalam laga pamungkas melawan Kosovo untuk memastikan tiket ke Piala Dunia 2026.

Sementara Swedia kini terancam menorehkan sejarah kelam: kualifikasi Piala Dunia tanpa satu pun kemenangan — sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah mereka.

Potter memiliki tiga laga tersisa di fase grup, dan semuanya akan menjadi ujian berat apakah ia layak memimpin proyek jangka panjang Swedia atau tidak.


Reaksi Pemain & Pelatih: Dua Realitas yang Berbeda

Graham Potter memberi instruksi kepada pemain Swedia saat laga melawan Swiss

Usai pertandingan, atmosfir ruang ganti kedua tim sangat berbeda. Swiss merayakan kemenangan dengan penuh percaya diri, sedangkan Swedia harus menerima kenyataan pahit bahwa era baru Graham Potter dimulai dengan langkah yang salah besar.

1. Graham Potter Mengakui Banyak PR Berat

Dalam konferensi pers, Potter tampil tenang namun realistis. Ia tidak menyalahkan pemain, tetapi menegaskan bahwa banyak hal harus dibenahi dengan cepat.

“Kami membuat kesalahan yang tidak boleh terjadi di level internasional. Namun ada momen positif yang perlu kami bangun. Kami masih dalam proses transisi,” ujar Potter.

Potter menyoroti dua faktor utama:

  • Swedia belum siap mengeksekusi build-up ala Potter
  • Kurangnya ritme dalam pressing membuat Swiss terlalu nyaman

Ia tetap menegaskan bahwa proyek jangka panjang Swedia membutuhkan keberanian:
“Jika ingin berkembang, Anda harus berani membuat kesalahan. Itu bagian dari perjalanan.”

2. Reaksi Pemain Swedia: Frustrasi & Kesadaran

Kapten sementara Swedia menyatakan bahwa tim harus lebih disiplin dan tidak boleh membiarkan lawan mengontrol jalannya pertandingan sesuka hati.

Mattias Svanberg mengaku kecewa: “Kami punya momentum setelah gol Nygren, tetapi hilang begitu saja setelah kesalahan di babak kedua.”

Nygren yang mencetak satu-satunya gol Swedia mengatakan:
“Potter memberi ide yang jelas, tetapi kami belum menerapkannya dengan baik.”

3. Reaksi Swiss: Fokus, Tenang, dan Percaya Diri

Di sisi lain, Murat Yakin memuji mentalitas timnya:
“Kami tidak panik setelah kebobolan. Kami tetap mengikuti rencana. Itu yang membuat kami berbeda.”

Xhaka, yang mencetak gol penalti, mengatakan bahwa Swiss sudah berada pada level kedewasaan taktik yang membuat mereka siap bersaing dengan tim besar di Piala Dunia.


Analisis Mendalam: Apa Arti Kekalahan Ini bagi Masa Depan Swedia?

Kekalahan 1-4 bukan sekadar hasil buruk — ini adalah gambaran menyeluruh tentang tantangan yang akan dihadapi Graham Potter. Ada tiga bidang besar yang harus ia prioritaskan dalam waktu dekat.

1. Membangun Identitas Sepak Bola Modern

Potter ingin Swedia memainkan sepak bola progresif berbasis penguasaan bola dan kombinasi antar lini. Namun itu membutuhkan:

  • Proses adaptasi taktik
  • Perubahan mentalitas pemain
  • Teknik penguasaan bola berkualitas tinggi

Dan saat ini, Swedia masih jauh dari siap. Tim ini terbiasa bermain dengan gaya direct dan transisi cepat, bukan build-up sabar seperti yang Potter inginkan.

2. Regenerasi Lini Pertahanan

Swedia telah kehilangan figur solid seperti Andreas Granqvist dan Martin Olsson. Bek-bek baru seperti Hien, Svensson, dan Holm masih mentah secara pengalaman internasional.

Potter butuh bek dengan:

  • ketenangan menghadapi pressing,
  • mobilitas tinggi,
  • kemampuan membaca permainan,
  • dan kualitas distribusi.

Ini akan menjadi bagian terberat dari proses restrukturisasi tim.

3. Menemukan Gelandang “Penghubung”

Swedia kekurangan gelandang kreatif yang mampu menjadi jembatan antar lini. Pelatih sekelas Potter membutuhkan sosok seperti:

  • Mason Mount (saat di Chelsea)
  • Pervis Estupiñán (Brighton, flank-progression model)
  • Pascal Groß (kontrol tempo)

Tanpa pemain tipe ini, ide sepak bola Potter akan sulit berjalan.


Swiss di Jalur Mulus Menuju Piala Dunia 2026

Dengan kemenangan ini, Swiss hanya butuh hasil imbang melawan Kosovo pada partai terakhir untuk mengunci tiket otomatis ke Piala Dunia. Ini menjadi bukti konsistensi mereka — sebuah pencapaian luar biasa mengingat mereka tidak pernah absen dari turnamen besar sejak 2006.

Kedalaman skuad Swiss membuat mereka menjadi kuda hitam potensial di turnamen nanti. Nama-nama seperti:

  • Xhaka
  • Vargas
  • Ndoye
  • Embolo
  • Zakaria

membentuk struktur permainan yang matang, kuat secara mental, dan disiplin secara taktis.

Swiss menunjukkan bahwa mereka bukan hanya tim yang muncul sesekali — tetapi benar-benar “tim besar” yang konsisten secara definisi modern.


Prospek Swedia di Sisa Kualifikasi

Walau peluang lolos langsung sudah tertutup, Swedia masih bisa berharap melalui jalur play-off. Namun performa buruk tanpa kemenangan sejauh ini membuat peluang itu menipis.

Potter harus fokus pada:

  • Mengembalikan kepercayaan diri pemain
  • Memperbaiki dasar permainan
  • Menentukan komposisi starting XI yang konsisten
  • Membangun serangan yang lebih cair dari sekadar menggantungkan diri pada Elanga

Jika tidak ada perubahan cepat, Swedia berpotensi mencatat sejarah kelam: kualifikasi Piala Dunia tanpa satu pun kemenangan.


Kesimpulan: Awal Berat untuk Potter, Stabilitas Tinggi dari Swiss

Pertandingan ini adalah cerminan dua realitas:

  • Swiss adalah tim yang matang, kompak, dan siap berlaga di Piala Dunia 2026.
  • Swedia adalah tim yang sedang membangun ulang dari titik terendah, dengan pelatih baru yang membutuhkan waktu dan stabilitas.

Skor 4-1 bukan sekadar angka di papan skor. Ini adalah pesan keras bahwa Swedia sedang berada di fase transformasi panjang yang penuh tantangan.

Bagi Graham Potter, jalan menuju pemulihan akan sulit, tetapi fondasi awal — meskipun rapuh — sudah mulai terlihat. Bagi Swiss, kemenangan ini adalah bukti bahwa mereka siap kembali bersaing di panggung dunia.

Piala Dunia 2026 mungkin jadi panggung terbesar bagi generasi emas Swiss, sementara Swedia harus memulai perjalanan panjang menuju identitas baru.


SITUS TARUHAN BOLA DAN SBOBET 88 HOLYWIN69 ASIA

Lebih baru Lebih lama